istimewaMasjid Raya Seoul.

islamawareness.netMasjid kwanagju.

Korea boleh saja terkenal dengan beberapa merek produk elektroniknya. Dua produk elektronik ternama Samsung dan LG menjadi andalan bisnis negara ini. Belum lagi, perusahaan besar mobil Hyundai yang ikut menambah prestasi ekonomi Korea. Namun, dalam jumpa pers mengenai promosi wisata Korea Sparkling di Jakarta baru-baru ini, Korea tampaknya juga ingin dikenal sebagai negara yang ramah kepada wisatawan muslim.

Meski penduduk Korea didominasi oleh umat beragama Buddha, namun saat ini jumlah umat Muslim di negara itu mencapai angka 140.000 orang. Sebagian besar merupakan tenaga kerja asing, yaitu sejumlah 100.000 dan hanya kira-kira 40.000 Muslim berkebangsaan Korea.

Ulama Abdul Rashid Waesoho mengatakan, kondisi itu jauh berbeda ketika dia datang ke Korea tahun 1981. Minimnya jumlah umat Muslim ketika itu membuatnya kesulitan untuk menemukan jenis dan pengelolaan makanan yang halal.

“Saya beli ayam sendiri, beli dulu, potong sendiri baru bisa dimakan. Kalau dalam Islam, motong daging harus bismillah,” ujar Waesoho sambil memeragakan gaya membaca doa.

Minimnya makanan halal dan tempat ibadah umat Islam ternyata berpengaruh bagi kunjungan wisatawan Muslim ke negara itu. Wakil Presiden Organisasi Pariwisata Korea (KTO) Hong Ju Min mengatakan, angka rata-rata wisa- tawan Muslim Indonesia yang mengunjungi Korea hanya 20 persen. Padahal, wisatawan Indonesia yang datang ke Korea tahun 2007 berjumlah sekitar 67.000. Angka itu menempati satu persen dari total 6,45 juta wisatawan dunia.

Hong mengaku, kesadaran itu mendorong KTO lebih bersiap diri menyambut kedatangan wisatawan Muslim Indonesia. Fasilitas masjid atau musala serta aneka makanan halal khas Korea dimanfaatkan sebagai daya tarik dalam promosi wisata tahun ini.

“Tahun ini, KTO sedang berusaha keras untuk memperindah daerah pariwisata di Korea untuk para pengunjung umat Muslim,” kata Hong.

Saat ini tersedia sebanyak 10 masjid dan 50 musala di sejumlah daerah Korea. Masjid Seoul, kata Waesoho, adalah masjid terbesar dan terindah yang menjadi andalan wisata Islam di Korea. Namun, masjid-masjid serupa juga bisa ditemukan di beberapa wilayah Korea lainnya, di antaranya di Paju, Bupyeong, Anyang, Ansan, Jeonju, Gwangju, dan Busan.

Cikal bakal pendirian masjid di Korea ternyata menorehkan nama Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Razak. Razak bersama istrinya sempat melihat lokasi yang akan dijadikan tempat pembangunan Masjid Korea. Mereka menjadi perwakilan Malaysia dalam acara kunjungan ke sejumlah negara Islam. Ketika itu, negara Korea diwakili oleh para pemimpin dari masyarakat Muslim Korea.

Kunjungan Razak dilanjutkan oleh pegawai pemerintahan Malaysia Haji Mohammad Nuh. Setelah itu barulah pemerintah Malaysia memutuskan untuk memberi bantuan dana untuk pembangunan masjid di Korea tahun 1963. Sayangnya, pembangunan itu tidak selesai karena berbagai sebab, termasuk inflasi.

Pada tahap selanjutnya, Islam di Korea mulai mengalami titik balik saat dibangun Masjid Utama di Seoul tahun 1976. Ketika peresmian, sebanyak 55 perwakilan dari 20 negara di dunia turut hadir. Pendirian Masjid Utama ini berdampak pada pesatnya pertumbuhan Islam di Korea.

Masjid di Korea memang menjadi situs yang signifikan bagi perkembangan Muslim di negeri ginseng itu. Waesoho mengungkapkan, beberapa masjid di Korea berasal dari fasilitas Islamic Center yang disediakan pemerintah. Di tempat itu umat Muslim bertemu untuk mendengarkan ceramah agama Islam.

“Mahasiswa-mahasiswa datang, orang datang rantau, datang berlibur, datang buat shalat tetapi bukan untuk masjid. Sekarang ini majulah tapi tak begitu cepat. Islamnya itu belakangan,” ujar Waesoho.

islamawareness.netMasjid Chongju.

Makanan Halal

Selain pengenalan akan sejarah Islam, sajian wisata bagi umat Muslim juga tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan makanan halal. Fasilitas ini dijamin pula oleh KTO lewat buku panduan makanan untuk wisatawan Muslim.

Sejumlah restoran halal di Korea seperti Marakech Night, Kashmir Restaurant, Moghul, Taj Palace, Salam dan Kebab House masih mengandalkan masakan dari sejumlah negara Islam. Namun peracikannya, beberapa makanan dalam menu wisata tersebut tetap disajikan ala Korea dan halal.

Misalnya, makanan terkenal Korea bulgogi. Menu ini terdiri dari potongan tipis daging sapi lalu direndam saus jus buah pir dan gula. Selain itu, menu dubu jeongol yang berbahan dasar tahu, juga menjadi bagian dari wisata kuliner umat Muslim di Korea.

Tahu memang menjadi makanan tradisional penduduk Korea sejak masa lampau. Masyarakat Korea mengandalkan bahan baku kedelai sebagai sumber protein. Ini terlihat dari bumbu andalan doenjang yang terbuat dari rebusan kacang yang difermentasi serta ganjang atau kecap.

“Makanan seperti doenjang hanya diambil daging-daging yang halal. Kami ambil bahan-bahan khususnya untuk Muslim. Kami juga menyediakan launching box untuk wisatawan Muslim,” kata Direktur KTO Yang Moon Soo yang juga hadir dalam jumpa pers itu.

Khusus untuk wisatawan Muslim, Sekretaris Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Umroh dan Haji (Amphuri), Artha Hanif mengatakan, fasilitas makanan halal dan salat adalah syarat mutlak bagi negara penyelenggara wisata untuk umat Muslim. Menurutnya, setiap negara pengundang harus menyediakan kedua fasilitas itu dalam paket wisata mereka.

“Bagi wisatawan Muslim, pokoknya, makanan halal ngga susah dan mereka harus tahu ketika melakukan salat, kiblatnya ke mana. Syukur kalau guidenya Muslim kemudian bisa menuju ke tempat-tempat bersejarah Islam di Korea, itu lebih bagus,” tandas Artha saat ditemui da- lam promosi sejumlah agen travel dalam Korea Sparkling tersebut.

Beberapa agen travel Korea yang hadir dalam acara jumpa pers hari itu memang menawarkan beberapa rute perjalanan wisata yang cukup menggiurkan. Sejumlah kawasan tak luput masuk dalam daftar objek wisata, seperti Seoul World Cup Stadium yang menjadi tempat pembukaan pertandingan Asosiasi Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) tahun 2002, pusat belanja Korea Itaewon, juga tempat pengambilan gambar film Winter Sonata di Nami Island.

Biaya wisata sangat tergantung pilihan untuk menggunakan jasa travel atau berwisata mandiri. Sebagai perbandingan, travel Arirang Tours Service CO, Ltd mematok empat hari-tiga malam wisata keliling Seoul untuk dua orang seharga minimal US$410 atau sekitar Rp 3,8 juta. Harga itu di antaranya termasuk akomodasi hotel dan sarapan selama tiga hari, biaya tur dan pemandu wisata. Tetapi biaya itu belum termasuk tiket pesawat, airport tax, dan tip untuk pemandu wisata dan sopir.

Sedangkan untuk paket kelompok, ada beberapa pilihan tema paket wisata yang ditawarkan jasa travel itu. Misalnya, paket wisata bertema Amazing Korea selama enam hari-lima malam. Paket ini dihargai minimal US$395 atau sekitar Rp 3,6 juta. Harga ini diperuntukan bagi 15 peserta dengan akomodasi di hotel berbintang tiga Korea. Biaya paket wisata untuk tema lainnya pun tidak jauh berbeda. Paket Romantic Korea selama tujuh hari-enam malam contohnya, dipatok seharga US$490 atau sekitar Rp 4,5 juta.

Di luar paket, biaya berwisata bisa jauh lebih murah. Biaya hotel berbintang tiga di Seoul seperti New Oriental Hotel dan Tiffany hanya berkisar 60.000 won atau kira-kira Rp 530.000 per malam untuk tipe kamar double atau twin. Perkiraan biaya hanya akan membengkak jika ditambah pengeluaran untuk membeli oleh-oleh atau wisata belanja lainnya. Keragaman wisata di Korea layak untuk dicoba. Apalagi negara itu memiliki iklim empat musim. [NCW/N-5]