Makanan Pencetus Gout
Ali Khomsan

Gout atau penyakit asam urat seudah dikenal orang sejak lama. Bahkan, Hippocrates telah menyebut masalah gout ini dalam tulisan-tulisannya. Istilah gout berasal dari kata gutta yang berarti tetesan. Konon gout muncul akibat tetesan jahat yang masuk ke dalam sendi. Pada dasarnya penyakit ini merupakan bentuk dari gangguan metabolisme purin. Akibatnya, kadar asam urat dalam darah menjadi berlebihan. Apabila semakin parah, akan muncul benjolan-benjolan sodium urat yang disebut tophi di persendian atau di daun telinga.
Asam urat sebenarnya merupakan produk akhir dari metabolisme purin, setiap hari orang normal membuang 70 mg asam urat melalui ginjal,sedangkan cadangan asam urat yang tersimpan dalam cairan tubuh lebih kurang 1000 mg. Penderita gout memproduksi asam urat berlebih sehingga yang tersimpan dalam cadangan meningkat 3-15 kali dibandingkan dengan keadaan normal. Di lain pihak, ekskresinya melalui ginjal menurun.
Gout memiliki tanda-tanda mirip arthritis, yaitu nyeri sendi terutama di jempol kaki yang kemudian merambat di persendian kaki. Umumnya orang yang berusia diatas 35 tahun dapat dikatakan rawan gout. Pada awalnya serangan gout berlangsung beberapa hari dan setelah itu reda selama beberapa bulan. Namun demikian serangannya menjadi lebih sering dan durasi waktunya lebih lama. Serangan berikutnya menimbulkan rasa nyeri lebih hebat, rasa sakit lebih lama, frekuensi serangan meningkat, dan masa kesembuhan lebih pendek. Kadang-kadang rasa nyeri disertai dengan bengkak dan kaku sendi.
Jika penyakit ini tidak diobati, suatu saat penderita bisa mengalami arthritis gout kronik sehingga tidak ada lagi masa bebas serangan.
Perlunya diet ketat terhadap makanan sumber purin sesungguhnya masih dapat diperdebatkan. Dewasa ini penggunaan obat dapat menggantikan diet ketat purin sehingga pasien tidak tersiksa dalam mengonsumsi makanannya.

Kandungan purin dalam makanan per 100 gram

Makanan Milli Gram
Usus 854
Babat 470
Paru 398
daging sapi 385
Daun melinjo 366
kangkung 298
Kacang tanah 236
Melinjo 223
Tempe 141
Tahu 106

Secara praktis kita tidak mungkin mengeliminasi purin dalam diet sehari-hari karena hampir semua jenis makanan mengandung nukleoprotein yang merupakan asal muasal purin. Sumber eksogenous asam urat memang dapat diturunkan dengan melaksanankan diet rendah purin. Namun pembentukan asam urat yang bersifat endogenous tampaknya sangat sedikit dipengaruhi oleh diet seseorang. Pada dasarnya asam urat dapat terbentuk dalam tubuh dari metabolit sederhana yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein. Jadi sepertinya diet purin secara ketat tidak secara signifikan dapat menurunkan cadangan asam urat dalam tubuh. Hanya saja, tetap dianjurkan bagi penderita untuk menghindari makanan-makanan yang mengandung purin ekstra tinggi.
Konsumsi lemak berlebihan sebaiknya tak dilakukan karena lemak akan mengganggu ekskresi asam urat. Oleh sebab itu, batasi konsumsi santan, daging berlemak, margarin, mentega, atau makanan yang diolah dengan minyak. Disarankan asupan lemak hanya sebanyak 15 persen dari total kalori. Orang sehat dianjurkan mengonsumsi lemak maksimal 25 persen dari total kalori. Pada dasarnya pembakaran lemak menjadi kalori akan meningkatkan keton darah (ketosis) dan hal ini akan menghambat pembuangan asam urat melalui urine.
Asupan protein dianjurkan secukupnya dan tak berlebihan, sedangkan konsumsi karbohidrat perlu diperhatikan. Karbohidrat mempunyai tendensi untuk meningkatkan pengeluaran asam urat lewat urine. Namun, yang sebaiknya dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana, seperti gula, madu, sirop, dodol, dan selai, justru akan dapat meningkatkan asam urat dalam darah.
Dalam kondisi gout akut, penderita sangat dianjurkan untuk melakukan diet pirin. Diet ini menyarankan konsumsi karbohidrat agak tinggi, protein secukupnya (moderat), dan lemak dikonsumsi dalam jumlah sedikit (rendah lemak). Makanan yang sebaiknya di pantang adalah hati, ginjal, roti manis, kaldu daging, daging asap, dan sardin. Asupan protein perlu dibatasi karena dapat merangsang biointesis asam urat dalam tubuh. Beberapa makanan sumber protein yang bisa dikonsumsi adalah telur, susu dan keju.
Sangat dianjurkan penderita gout mengonsumsi banyak cairan seperti air putih atau jus buah. Hal ini dapat membantu pembuangan asam urat. Disarankan konsumsi air putih bisa mencapai 10 gelas sehari (2,5 liter). Buah yang banyak mengandung air juga sangat penting, seperti semangka, melon, blewah, belimbing, dan jambu air. Buah yang di dalam saluran cerna diubah menjadi alkohol sebaiknya dibatasi (durian dan nanas), sedangkan sayuran yang dikurangi konsumsinya adalah bayam, kangkung, daun melinjo, buncis, kembang kol, jamur, dan asparagus.
Meski dipercaya bahwa konsumsi alkohol dalam moderat tidak akan menyebabkan serangan gout, tetapi tetap dianjurkan penderita gout akut sebaiknya tidak mengonsumsinya.
Orang obesitas yang menderita gout harus menurunkan berat badannya secara bertahap hingga berada dalam kisaran normal atau bahkan 10-15 persen dibawah berat normal. Reduksi kalori secara mendadak dalam rangka menurunkan berat badan sebaiknya tidak dilakukan. Hal ini akan menimbulkan ketomenia yang merupakan faktor pencetus serangan gout. Tampaknya keton dan asam urat saling bersaing untuk keluar dari tubuh melalui urine, dan asam urat yang kalah sehingga akhirnya tetap tertahan dalam tubuh.

Konsumsi makanan sehari-hari kita umumnya mengandung 600 – 1000 mg purin. Apabila kita telah menderita gout akut, disarankan kandungan purin dalam menu sehari-hari adalah 100-150 mg. Pemilihan makanan dapat dilakukan dengan berpedoman pada tabel diatas.
Penyakit gout dapat terjadi karena kebiasaan mengonsumsi makanan berkadar purin tinggi. Penyakit ini dapat menimpa siapa saja, apakah seseorang dari golongan ekonomi tinggi atau rendah. Orang-orang kelas bawah sering kali mengonsumsi pangan sumber purin seperti jeroan yang sudah dimasak menjadi soto atau gulai. Karena harganya murah dan enak, mereka menjadikan makanan tersebut sebagai makanan kesukaan. Padahal, jeroan selain sumber purin juga merupakan pangan tinggi kolesterol.
Walaupun penyakit ini dapat dijumpai di setiap negara, hasil penelitian epdemiologis menunjukkan bahwa bangsa Maori di Selandia Baru, bangsa Filipina, dan bangsa-bangsa Asia Tenggara mempunyai kecenderungan menderita penyakit ini. Di Indonesia, suku Minahasa dan Tapanuli berpeluang menderita penyakit gout lebih tinggi dibandingkan dengan suku-suku lainnya.

Prof ALI KHOMSAN
Guru Besar Ilmu Pangan dan Cizi Institut Pertanian Bogor