Para salaf kita sangat tekun mengamalkan sunah dan salat malam. Habib
Segaf bin Muhammad Assegaf berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan
qiyamullail sejak usia 7 tahun.” Dalam Risalatul Qusyairiyah seorang
saleh berkata, “Sejak usia 3 tahun, aku tidak pernah meninggalkan
qiyamullail.”

Di masa kanak-kanaknya, Abu Yazid Al-Busthami belajar mengaji Quran
pada seorang guru. Suatu saat ia sampai pada firman Allah:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah (untuk salat) di malam hari,
kecuali sedikit (dari padanya), yaitu seperduanya atau kurangi
sedikit dari seperdua itu.” (QS Al-Muzzammil, 73:1-3)
Sepulangnya dari belajar, ia bertanya kepada ayahnya, “Ayah, siapakah
orang yang diperintahkan oleh Allah untuk bangun malam?”
“Anakku, beliau adalah Nabi Muhammad SAW. Aku dan kamu tidak mampu
meneladani perbuatan beliau,” jawab ayahnya.
Abu Yazid terdiam.

Pada pelajaran berikutnya, ia membaca ayat:
Dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersamamu. (QS
Al-Muzzammil, 73:20)
Sepulangnya dari belajar, ia bertanya lagi kepada ayahnya.
“Siapakah yang bangun malam bersama Nabi SAW?”
“Anakku, mereka adalah sahabat-sahabat beliau.”
“Ayah, jika kita tidak seperti nabi dan tidak pula seperti sahabat-
sahabat beliau, lalu kita ini seperti siapa?”

Mendengar ucapan ini, tergeraklah hati sang ayah untuk bangun malam.
Hari itu juga, ia mulai salat malam. Si kecil Abu Yazid ikut bangun.
“Tidurlah anakku, engkau kan masih kecil,” bujuk ayahnya.
“Ayah, ijinkanlah aku salat bersama ayah, kalau tidak, aku akan
mengadukan ayah kepada Tuhanku,” jawabnya.
“Tidak demi Allah, aku tidak ingin kamu mengadukan aku kepada
Tuhanmu. Mulai malam ini salatlah bersamaku.”

Abu Yazid selalu bermujahadah hingga ia mencapai kedudukan yang
tinggi di sisi Allah. Pernah diriwayatkan bahwa suatu hari ia
berkata, “Barangsiapa mengetahui namaku dan nama ayahku akan masuk
surga.” Nama Abu Yazid dan ayahnya adalah Thoifur bin Isa.

Tingkat ketekunan
menentukan derajat ketinggian.
Siapa ingin kemuliaan
janganlah tidur malam.

Barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan memperoleh yang diinginkan.
Barangsiapa mengetuk pintu, ia akan masuk. Barang siapa menempuh
perjalanan, ia akan sampai dan akan menganggap kecil apa yang telah
dikorbankan.

Penuntut ilmu hendaknya bangun sebelum fajar, walaupun hanya setengah
jam sebelumnya. Jika ia bangun setelah fajar, maka setan telah
kencing di telinganya. Dan barang siapa telinganya dikencingi setan,
ia akan memulai harinya dengan perasaan malas. Syeikh Ahmad bin Hajar
berkata bahwa setan benar-benar telah mengencingi telinga orang itu,
namun ia tidak wajib menyucikannya karena kejadian itu bersifat
batiniah.

——————–
Habib Muhammad bin Hadi bin Hasan bin Abdurrahman Asseqaf, Tuhfatul
Asyraf, Kisah dan Hikmah