Bukan hal yang mustahil memiliki tulang sehat dan kuat, sehingga di usia lanjut pun tetap dapat bergerak dan terhindar dari osteoporosis (keropos tulang). Meskipun osteoporosis bukanlah hal yang baru bagi kita, masih banyak orang belum memahami apa itu osteoporosis, apa penyebab dan bagaimana pencegahannya, serta sejauh mana osteoporosis membahayakan hidup kita. Dokter Indra SM Manullang SpPD dari Siloam Hospitals Lippo Cikarang, mengemukakan, osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan masa tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Menurut Indra, osteoporosis bertanggung jawab terhadap patah tulang, terutama jika itu terjadi pada orang lanjut usia (lansia).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 67 persen penderita osteoporosis adalah wanita, dengan perbandingan satu di antara tiga, sementara pada pria, satu di antara lima. Hasil analisis data risiko osteoporosis yang dipublikasikan tahun 2006 menunjukkan, prevalensi osteoporosis di Indonesia saat ini mencapai 41,75 persen. Hal itu menunjukkan bahwa dua dari lima penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis.

Seperti kita ketahui, tulang terdiri dari mineral (kalsium dan fosfor) dan zat lentur (kolagen). Lalu mengapa bisa terjadi osteoporosis? Indra menjelaskan, kurangnya asupan kalsium bagi pembentukan kepadatan massa tulang menjadi salah satu penyebab osteoporosis. Tulang merupakan organ yang terus mengalami pembaruan, artinya pada masa-masa itu, tulang melakukan suatu keseimbangan dengan adanya proses resorpsi (penyerapan) masa tulang (osteoklas) dan proses pembentukan masa tulang (osteoblas).

Jika tidak ada keseimbangan dalam kedua proses tersebut, akan terjadi pengeroposan tulang yang dapat berakibat tulang mudah patah. Terlebih kemampuan penyerapan kalsium akan semakin menurun pada proses menua. Pada wanita, hal ini biasanya dikaitkan dengan hormon estrogen, yang mulai berkurang sehingga mempercepat penurunan massa tulang, terutama pada usia menopause. Di usia inilah umumnya bahaya osteoporosis mulai mengintai.

Cukup Gizi dan Olahraga

Selain masalah kurangnya asupan kalsium, faktor ras atau suku juga mempengaruhi. Orang Asia lebih rentan terhadap osteoporosis dibandingkan dengan orang Afrika. Faktor keturunan seperti ada riwayat osteoporosis dalam keluarga, gender (di mana wanita lebih rentan), mereka yang bertubuh kurus, perokok, sering mengonsumsi minuman bersoda, minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan alkohol, kurang berolahraga, dan pemakaian obat-obatan juga menjadi pencetus osteoporosis.

Berkaitan dengan itu, sangat diperlukan kesadaran tinggi untuk menerapkan pola hidup sehat, mengonsumsi makanan yang cukup gizi dengan asupan kalsium yang memadai dan berolahraga secara teratur.

Osteoporosis merupakan penyakit yang tidak bergejala (silent disease) dan tidak disertai keluhan, kecuali terjadi benturan yang menyebabkan patah tulang (fraktur) atau nyeri pada punggung atau tulang belakang dan perubahan bentuk tulang. Gejala baru dirasakan setelah usia di atas 50 tahun. Akibatnya, osteoporosis seringkali tidak diketahui oleh si penderita, terlebih osteoporosis dini (osteopenia) juga bisa dialami oleh mereka yang berusia muda atau usia-usia produktif. Umumnya hal ini dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, termasuk pola makan, dan tidak ber-olahraga secara teratur.

Untuk itu, pemeriksaan awal perlu dilakukan oleh setiap orang. Pemeriksaan densitas (kepadatan) tulang atau bone density testing dilakukan dengan bantuan alat yang disebut densitometri USG, yang diukur dengan nilai T-Score.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lainnya, seperti Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry).

Penanganan dan pengobatan pada penderita osteoporosis dilakukan dengan dua metode, yaitu cara nonfarmakologi atau tanpa obat-obatan, dan farmakologi dengan mempertimbangkan usia. Mengubah pola hidup, pola makan, dan olah raga bagi penderita osteoporosis merupakan bagian dari terapi yang dilakukan.

Banyak dokter dengan berbagai disiplin ilmu kedokteran menangani untuk memantau penderita osteoporosis, seperti bagian psikologi, bedah ortopedi, obstetri dan ginekologi, farmakologi, serta bagian gizi.

Pencegahan maupun penanganannya dapat dilakukan dengan cara melakukan diet seimbang serta mengonsumsi makanan yang kaya kalsium, yaitu minimal 1 sampai 1,5 gram sehari. Makanan dapat diperoleh dari susu ataupun produk susu seperti keju dan yogurt serta bahan makanan lainnya seperti rebon kering, ikan teri, tahu dan tempe, kedelai, daun singkong, daun pepaya, brokoli, dan ikan sarden.

Manfaatkan sinar matahari pagi sekitar 15 menit untuk membantu proses pembentukan vitamin D yang diperlukan pembentukan masa tulang. Selama melakukan diet sehat ini perlu juga diperhatikan besaran yang diperlukan, baik dari aspek osteoklas maupun osteoblas. Latihan fisik yang dilakukan meliputi tahap pemanasan, peregangan dan pendinginan masing-masing selama 5-10 menit. Jalan kaki, latihan beban ringan, atau senam osteoporosis adalah bentuk olah fisik yang disarankan.

Sedangkan obat-obat untuk osteoporosis harus menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa tulang juga menjaga kualitas tulang supaya mengurangi risiko tulang patah. Jagalah kesehatan tulang Anda sedini mungkin untuk menghindari terjadinya osteoporosis dan patah tulang. [WIN/S-26]