Tidur merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang sering tidak diperhitungkan dan dihargai sebagai hal yang penting. Padahal, tidur diperlukan untuk kestabilan kesehatan seseorang.

Bagi kebanyakan orang,tidur terjadi dengan sendirinya, bahkan bagi sebagian orang dapat dilakukan ketika sedang duduk di kendaraan umum, kelas, dalam rapat, terminal, dan banyak tempat lainnya.
Namun, bagi sebagian orang lain, tidur bukanlah hal yang mudah, bahkan sangat sulit dicapai sehingga mereka harus melakukan pelbagai upaya untuk dapat mencapainya, misalnya bagi mereka yang sudah berusia lanjut atau orang dengan penyakit tertentu. Kesulitan tidur inilah yang dikenal sebagai INSOMNIA.
Sebetulnya kebutuhan tidur setiap orang itu relative. Meski demikian, agar pada siang hari dapat beraktifitas optimal, seseorang biasanya membutuhkan 7-8 jam tidur setiap harinya. Sebetulnya hal ini pun tidak mutlak karena ada sebagian orang yang hanya tidur 2-4 jam sehari, tetapi esok harinya tetap segar dan dapat beraktifitas optimal.
Jadi, kualitas tidur lebih bermakna penting dibandingkan dengan lamanya ridur. Kebutuhan dan kemampuan untuk tidur seseorang dipengaruhi oleh umur, pola tidur yang dialami sejak lama, dan status kesehatan secara umum.
Dengan bertambahnya umur, kebutuhan tidur pun berubah. Pada para lanjut usia misalnya, kemampuan untuk tidur menurun dan kualitas tidur juga menurun secara normal.
Pola tidur bangun yang tidak teratur, yang berkaitan dengan gaya hidup atau kebutuhan kerja, akan memengaruhi system sirkardian dalam mengatur tidur dan bangunnya seseorang. Adapun kebutuhan fisiologis tidur dipengaruhi oleh jumlah kuantitas tidur dan irama sikardian tidur-bangun.
Istilah ini belakangan sering menjadi bahan pembicaraan, baik diantara kaum professional, karyawan, ibu rumah tangga, maupun para pelajar dan mahasiswa. Mereka mendiskusikannya karena mengalami dan merasakan dampaknya yang mengganggu fungsi dan aktifitas sehari-hari. Tidak mengherankan bila akhirnya mereka berupaya mencari pelbagai cara untuk mengatsinya.
Secara umum insomnia di definisikan sebagai suatu kesulitan untuk tidur, atau bertahan untuk tidur, atau tidur dengan nyenyak. Dampaknya adalah distress (stress yang mengganggu) yuang pada keesokan harinya bermanifestasi sebagai rasa lemas, lesu, menurun kemampuan berpikir, serta menjadi mudah tersinggung.
Hampir setiap orang pernah mengalami insomnia, namun mungkin hanya situasional dan sembuh dengan sendirinya. Bila insomnia terjadi hanya untuk sementara serta tidak mengganggu aktifitas sehari-hari, tentunya bukan merupakan gangguan atau bagian dari penyakit tertentu. Dengan demikian, ini tidak memerlukan perhatian dan penanganan medis.
Kalau yang terjadi adalah sebaliknya, yaitu insomnia menetap dan mengakibatkan distress dalam aktifitas dan fungsi sehari-hari, maka insomnia itu merupakan problem klinis dan harus ditangani secara professional.
Insomnia dapat merupakan gejala pelbagai penyakit, fisik, maupun mental, dapat pula merupakan penyakit tersendiri. Dalam penggolongan diagnosis penyakit, insomnia dapat merupakan suatu gangguan tidur primer, artinya sebagai penyakit tersendiri, yang kemudian dapat pula mengakibatkan gangguan pada fungsi atau organ tubuh yang lain.
Insomnia dapat juga merupakan akibat dari penyakit pada organ atau system lain, misalnya jantung, paru-paru, pencernaan, saraf, tulang dan otot, endoktrin, serta kanker.
Di samping itu, insomnia sering diakibatkan oleh penggunaan zat atau obat tertentu seperti kopi, alcohol, obat-obat lain seperti antidepresi, dan lain-lain. Insomnia dapat juga merupakan gejala pelbagai gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, misalnya keadaan berkabung (antara lain kehilangan orang yang dicintai, perceraian, kehilangan pekerjaan), depresi, cemas, maupun psikosis ( gangguan jiwa yang penderitanya sulit membedakan realitas dan khayalan).
Pada gangguan bipolar tipe manik atau pada skizofrenia, misalnya, seseorang bisa tidak tidur berhari-hari tanpa merasakan kantuk sama sekali. Jadi, bila ada saudara, teman, atau tetangga yang mengalami insomnia, hendaknya kita berpikir-apalagi bila ingin membantu- apakah itu hanya merupakan kondisi penyesuaian terhadap situasi tertentu (misalnya karena sedang berkabung) dan dapat sembuh sendiri, atau merupakan penyakit tersendiri, atau merupakan akibat dari penyakit lain, baik fisik maupun mental.

Mengatasinya
Bila kita, keluarga, atau tetangga mengalami insomnia, yang pertama perlu diwaspadai adalah apakah insomnia itu berkaitan dengan situasi tertentu. Misalnya terlalu lelah atau sedang ada stress tertentu (misalnya menghadapi ujian, pindah rumah, PHK). Kalau memang itu pemicunya, maka biasanya berlangsung hanya sementara dan dapat hilang dengan sendirinya.
Dengan demikian, maka tidak memerlukan penanganan professional. Masalah diatas dapat diatasi dengan kebiasaan relaksasi yang sudah dijalani sebelumnya, misalnya olahraga atau mengerjakan kegemaran yang lain seperti berwisata. Sedangkan kalau insomnia itu berlangsung lama dan sudah diatasi dengan relaksasi tetapi tidak juga kunjung hilang, berarti memerlukan pertolongan professional.
Kalau hal ini yang dialami, sebaiknya dating ke dokter terlebih dahulu karena akan dinilai insomnianya tersebut bersumber dari suatu penyakit fisik atau mental tertentu, atau merupakan penyakit tersendiri. Dokter akan memberi pengarahan jenis insomnia yang mana yang dialami dan kemudian akan memberi pengobatan yang sesuai.

DR SYLVIA D ELVIRA SPKJ
Klinik Empati
Departemen Psikiatri FKUI/RSCM