Manfaat dan khasiat daun teh umumnya terfokus pada teh hijau asal Jepang. Soalnya ada hasil penelitian yang menunjukkan, penduduk di kawasan Shizuoka-dikenal sebagai peminum teh hijau terbanyak di Jepang dan sejak zaman nenek moyangnya memang doyan teh hijau-ternyata rendah sekali angka kematiannya akibat penyakit berbahaya seperti kanker dan jantung. Angka ini jauh lebih rendah dibanding penduduk kota-kota lain yang bukan peminum teh hijau.
Tidak aneh bila kebiasaan minum teh hijau ini menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia sendiri sebenarnya juga punya sejarah panjang minum teh, meski jenisnya lain dengan teh hijau Jepang.

Untunglah kemudian diketahui, bahwa tidak hanya teh hijau yang punya khasiat terhadap kesehatan. Hampir semua jenis teh ternyata berperan besar terhadap kebugaran dan kesehatan peminumnya. Para ahli yang meneliti daun teh sepakat, teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metixantin, tanin, vitamin C dan E, catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg.

Semua itu tidak hanya berguna sebagai zat antimutagenik dan antikanker, mengobati gangguan saluran pencernaan, serta membantu menetralkan lemak dalam makanan, tetapi juga mencegah oksidasi lemak densitas rendah yang bisa menjadi plak, menurunkan kolesterol darah, menyegarkan pernapasan, dan merangsang batang otak.

Seperti yang diuraikan Prof Senji Sakanaka dari Jepang, pada penduduk Shizuoka jarang dijumpai kasus-kasus kanker dan jantung. Bahkan, mereka pun bisa mencapai usia di atas 80 tahun dan tetap bugar.

Zat flavonoid yang ada dalam daun teh, memang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang mengacaukan keseimbangan tubuh dan menjadi salah satu pemicu kanker. Selain itu kehadiran polifenol, theofilin, dan senyawa lainnya di daun teh membantu menghambat perkembangan virus ataupun kelainan faat yang menimbulkan kanker.

Prof Itaro Oguni dari Jepang, dalam salah satu ceramahnya di ITB menyebutkan, hasil percobaan laboratorium yang dilakukannya makin menunjukkan khasiat teh ini terhadap kanker. Penambahan ekstrak daun teh telah menghambat pertumbuhan sarcoma 180 yang merupakan penyebab kanker. Pemberian ekstrak daun teh secara oral pada hewan percobaan juga menghambat pertumbuhan karsinoma pada esofagus dan lambung secara meyakinkan.

Tidak heran bila angka kematian penduduk Shizuoka karena kanker perut, lebih rendah dibanding kawasan lainnya. Seperti diketahui, kanker perut adalah penyebab kematian yang cukup tinggi di Jepang.

Namun, untuk mendapatkan khasiatnya, teh harus diminum dengan takaran yang tepat. Teh harus diseduh dengan kekentalan yang cukup, yaitu satu bungkus teh celup untuk satu cangkir. Kalau kadar teh terlalu sedikit, maka manfaatnya akan sedikit pula.

Berdasarkan hasil penelitian Dr Sirving O Keli dari Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Belanda, meminum teh sebaiknya minimal 4,7 cangkir per hari. Dengan cara ini, peminumnya akan tetap bugar dan terhindar dari gangguan jantung dan kanker.

(Oleh Prof H Unus Suriawiria, Dosen Senior ITB, mendalami bioteknologi dan agro-industri)