Suatu malam, seorang pencuri berusaha memanjat jendela sebuah rumah yang hendak ia curi. Saat diinjak, kusen jendela patah dan pencuri itu jatuh terjerembab di tanah. Kecelakaan itu mematahkan kakinya. Pencuri merasa dirugikan.

Kemudian ia pergi ke pengadilan menuntut si pemilik rumah.Namun si pemilik rumah mengelak. Katanya, “Tuntut saja tukang kayu yang memasang kusen itu.”Tukang kayu dipanggil ke pengadilan dan dimintai pertanggungjawaban. Tukang kayu menjawab, “Memang kusen itu tidak terpasang dengan baik. Tapi itu bukan salahku. Ini karena tukang batu tidak membuat lubang yang cukup untuk ukuran kusenku.”

Ketika tukang batu dipanggil, ia mengelak, “Aku lalai memasang batu sesuai dengan ukuran gara-gara perhatianku terganggu oleh seorang perempuan cantik yang sedang lewat di depan jendela itu.”

Kemudian, dicarilah wanita cantik yang dimaksud. Setelah wanita itu ditemukan, ia menjawab, “Cantik? Biasanya tak seorang pun menaruh perhatian padaku. Waktu itu aku sedang mengenakan pakaian yang indah. Jadi,kesalahannya terletak pada pakaian yang dicelup dalam aneka warna yang indah.”

Hakim menghela nafas dan berkata, “Nah, sekarang kita sudah mendapatkan orang yang menjadi sumber semua kejahatan ini.” Lalu ia memerintah, “Panggil tukang celup itu. Ia harus bertanggungjawab atas patahnya kaki pencuri ini.”

Lalu dimulailah pencarian atas tukang celup itu. Mereka menemukan bahwa tukang celup yang dimaksud adalah suami wanita tadi, dan ternyata dia adalah pencuri itu sendiri.

Renungan…!

Ini hanyalah perumpamaan .
Kemana pun kesalahan disembunyikan, ia takkan jauh dari pelakunya. Sebagaimana kata pepatah Cina kuno, “Sungai kering, batu pun tampak”.