Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan ideologi Islam sebagai ideologi yang paling lengkap. Sedangkan ideologi yang berkembang sekarang adalah tatanan hegemoni, yang kuat menginjak yang lemah. Karenanya, menurutnya, tatanan dunia sekarang ini harus berubah dan diubah. Demikian disampaikan Menkes dalam diskusi Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) di Jakarta, Senin (17/3) yang mengambil judul “Siti Fadilah Melawan: Saatnya Indonesia Berubah”.  Dalam diskusi yang dipandu oleh Luthfie Hakim ini, Menkes menyatakan sudah bukan zamannya lagi negara maju melakukan pemaksaan terhadap negara dunia ketiga yang mayoritas Muslim. ‘’Hegemoni tidak menguntungkan siapapun,’’ tandasnya.

Siti Fadilah kemudian menceritakan bagaimana selama 50 tahun lebih negara-negara di dunia dipaksa mengirimkan virusnya ke WHO. Ternyata virus itu oleh WHO diberikan kepada Amerika Serikat. Fatalnya lagi, laboratorium itu berada di bawah Departemen Pertahanan AS yang selama ini dikenal sebagai pembuat senjata kimia. Makanya, bukan tidak mungkin itu bisa menjadi senjata biologi.

Karenanya, Siti Fadilah menentang keras mekanisme yang dikembangkan WHO yang selama ini menindas negara-negara dunia ketiga. Mekanisme itu mengharuskan setiap negara mengirimkan virusnya ke WHO dengan tanpa mengetahui diapakan virus-virus itu. Belakangan terbongkar bahwa virus itu ternyata dijual kepada perusahaan-perusahaan vaksin di negara maju. Negara pengirim tak dapat kompensasi apa-apa bahkan harus membeli vaksin dengan harga yang sangat mahal.

Upaya Menkes ini menggentarkan dunia. Sehingga ia mendapat julukan orang tidak waras, setelah sebelumnya julukan itu diarahkan kepada Ahmadinejad (Presiden AS). Yang terganggu terhadap langkah Siti Fadilah malah Amerika. Anggota Kongres AS menekan Presiden SBY dan menyatakan bahwa Menkes RI tidak kooperatif. Namun tudingan itu dijawab enteng oleh Siti Fadilah: ‘’Eh ini kan urusan saya dengan WHO, lha kok malah Amerika yang ikut-ikutan.’’ Dalam sebuah forum tertinggi WHO, Menkes berhasil menggolkan niatnya itu.

Ia mengakui apa yang dilakukan itu sangat sensitif. Namun ia tidak tahan melihat ketidakadilan yang ditunjukkan oleh lembaga besar kesehatan itu. Maka, ia pun menulis buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung”. ‘’Kalau ini berguna untuk umat, kenapa tidak?’’ katanya terbata-bata sambil menangis.

Siti Fadilah mengungkapkan selama ini orang-orang Indonesia selalu inferior di hadapan orang asing. Para pejabat selalu menunduk-nunduk bila bertemu bule. ‘’Kita itu dibodoh-bodohin,’’ katanya.

Orang asing, lanjutnya, seolah-olah mau membantu. Padahal apa yang mereka lakukan sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia. Karenanya, ia menegaskan, ‘’Janganlah kita pernah mengharapkan pertolongan dari orang lain. Kita berharap pertolongan dari Allah saja.”  Selain itu, ia berpesan: ‘’Kalau melakukan sesuatu di jalan Allah, janganlah ragu-ragu.”

Joserizal Jurnalis, Ketua Presidium Mer-C mengatakan selama ini dunia penuh ketidakadilan. ‘’Kalau masalah virus saja, dahsyatnya begitu rupa, bagaimana dengan persoalan lainnya?’’ Banyak negara yang mayoritas Muslim dipaksa membeli vaksin dari negara-negara maju, dan dilarang membeli dari negeri-negeri Muslim.

Indonesia sendiri, lanjutnya, bisa membuat vaksin, tapi dalam perdangannya dijegal oleh negara-negara maju melalui lembaga-lembaga dunia. Ia menyebut salah satu produsen vaksin terbesar ternyata milik Donald Rumsfeld (arsitek perang Irak).

Direktur An Nashr Institute Munarman, mengatakan apa yang dilakukan oleh Amerika merupakan bagian dari upaya menguasai dunia dengan ideologi kapitalisnya. Lembaga-lembaga internasionl merupakan bagian dari upaya penjajahan itu. Sayangnya, banyak pemimpin di negeri-negeri Muslim tidak sadar itu. Malah mereka ingin dianggap bagian dari sistem internasional (tata dunia baru) tersebut.

Padahal, sistem tersebut, menurut  Farid Wadjdi dari HTI, sengaja diciptakan oleh Barat untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Ia mengutip pendapat Syeikh Taqyuddin An Nabhani bahwa ada tiga malapetaka yang melanda dunia yakni munculnya keluarga internasional (PBB dan UU Internasional), cengkeraman dan dominasi Negara adidaya, serta imperialisme dan monopoli. ‘’PBB merupakan alat penjajahan. Sejak awal pembentukannya sudah batil karena bertujuan untuk menjajah kaum Muslim,’’ tandasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, saat ini dunia butuh alternatif sistem. Komunis sudah hancur. Kapitalis, kondisinya seperti sekarang. Satu-satunya pilihan adalah sistem Islam yakni tegaknya syariah Allah di muka bumi dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. [LI/Mujiyanto]