Seorang pastor, yang berasal dari Timor dan bahasa Indonesianya masih
kacau, karena punya banyak waktu senggang ,di salurkan dengan melakukan
hobi memelihara burung, ada banyak dan bermacam macam jenisnya. Pada
suatu pagi, di temukan oleh si pastor burungnya hilang semua. Merasa
ulah si maling udah keterlaluan, si pastor berencana akan membawa
masalah ini di kotbah minggu.

Pas kebaktian minggu, setelah berkotbah panjang lebar soal moral dan
sepuluh perintah tuhan dengan penekanan pada perintah “jangan mencuri”
Si pastor bertanya “siapa yang punya burung?”
Seluruh jemaat laki laki segera berdiri.

Menyadari kesalahannya dalam cara bertanya si pastor buru-buru berkata
“bukan itu maksud saya” dan dilanjutkan dengan pertanyaan “maksud saya
adalah, siapa yang pernah lihat burung?”
Seluruh jemaat wanita berdiri.

Karena si pastor sadar pertanyaannya makin tidak pas, dengan muka
merah dia berkata lagi “maaf, bukan itu maksud pertanyaan saya” dan
dilanjutkan “maksud saya adalah siapa yang pernah lihat burung bukan
miliknya” Separuh jemaat wanita berdiri.

Muka si pastor makin merah, dan juga makin gugup, segera berkata
lagi “maaf sekali lagi, bukan ke arah situ pertanyaan saya, maksud saya
adalah, siapa yang pernah lihat burung saya?”
Segera saja semua anak altar berdiri.