Oleh Djoko Subinarto

Obesitas sekarang ini rupanya bukan melulu milik orang dewasa. Anak-anak pun kini mulai dilanda obesitas. Perubahan pola makan pada anak-anak agaknya telah menjadikan angka obesitas pada anak-anak dewasa ini terus meningkat.

Kajian yang dilakukan Soebardja dan Idjradinata dari bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, menyimpulkan bahwa potensi anak-anak Indonesia mengalami obesitas ternyata sama besarnya dengan potensi anak-anak di seluruh dunia. Begitu juga potensi untuk mengidap gangguan medis sebagai akibat dari obesitas yang dialaminya.

Ditilik dari penyebabnya, obesitas dibagi menjadi dua tipe:

Pertama, obesitas primer, yaitu suatu keadaan kegemukan pada seseorang yang terjadi tanpa terdeteksi adanya penyakit secara jelas, tetapi semata-mata disebabkan interaksi faktor genetik dan lingkungan. Obesitas jenis ini paling sering melanda anak-anak.

Kedua, obesitas sekunder. Ini merupakan jenis obesitas yang timbul sebagai bagian dari penyakit atau sindrom-sindrom yang dapat dideteksi secara klinis. Jenis obesitas ini lebih jarang terjadi pada anak-anak. Jumlahnya kurang dari satu persen

Anak-anak yang mengidap obesitas berisiko terkena sejumlah masalah medis. Beberapa masalah medis yang kemungkinan dapat menyerang mereka, antara lain:

l Meningkatnya kolesterol

Anak-anak yang mengidap obesitas cenderung mengalami peningkatan kadar lemak darah melebihi normal. Manifestasinya berupa peningkatan jumlah kolesterol jahat dan trigliserida serta penurunan jumlah kolesterol baik. Kondisi ini membuat mereka berisiko terserang penyakit-penyakit kardiovaskuler.

l Kencing manis

Penyakit kencing manis alias diabetes melitus tipe 2 menjadi ancaman yang sewaktu-waktu dapat menyerang anak-anak gemuk. Kalau dulu hanya diidap orang dewasa, kini mulai diidap anak-anak.

l Hipertensi

Meski kasusnya masih terbilang rendah, sekitar satu persen, anak-anak yang mengalami obesitas menghadapi kemungkinan terkena hipertensi.

l Apnea

Apnea (gangguan bernapas) pada saat tidur merupakan konsekuensi lain yang dihadapi. Karena tingkat mortalitas yang ditimbulkan apnea cukup tinggi, penanganannya perlu dilakukan secara sungguh-sungguh.

l Gangguan ortopedik

Anak yang gemuk rawan terkena gangguan ortopedik. Risiko gangguan ortopedik yang kemungkinan dihadapi adalah hipertrofi (pembesaran suatu organ/jaringan yang disebabkan bertambah besarnya ukuran sel) dan hiperplasia (pembentukan jaringan yang berlebihan karena bertambahnya jumlah sel).

Penanganan

Penanganan perlu dilakukan terhadap anak yang dilanda obesitas, sebelum mengalami berat badan yang semakin tidak terkendali. Kunci utama adalah pengendalian berat badan yang terencana. Pengendalian berat badan ini erat kaitannya dengan aktivitas fisik dan manajemen diet.

Kebiasaan-kebiasaan buruk, baik dari si anak maupun keluarga, yang memiliki kontribusi bagi terjadinya obesitas sebaiknya segera dihentikan.

Terkait aktivitas anak, hal terbaik yang dilakukan orangtua adalah membatasi waktu anak menonton televisi, main komputer, atau video games. Aktivitas seperti itu cuma membakar sedikit kalori dan mendorong anak lebih banyak ngemil.

Doronglah anak menggemari aktivitas fisik yang mengakibatkan terbakarnya kalori serta menggunakan kelompok otot yang berbeda, seperti berlari, berenang, serta naik sepeda. Biarkan anak mencoba berbagai aktivitas fisik untuk menemukan yang disukainya.

Sebagai orangtua, jadilah model untuk anak Anda. Jika anak melihat Anda selalu aktif, ia pun kemungkinan besar akan menjadi aktif pula.

Luangkan waktu secara rutin melakukan aktivitas fisik bersama-sama anggota keluarga, seperti menari, jalan-jalan, atau main sepeda. Dorong juga agar anak mau terlibat dalam kegiatan olahraga di sekolah atau lingkungan rumah. Meski begitu, jangan paksa anak melakukan aktivitas yang tidak disukai. Selain itu, pastikan aktivitas fisik itu sesuai tingkat usia. Setelah beraktivitas, anak diminta banyak minum.

Diet

Setelah aktivitas fisik, manajemen diet perlu mendapat perhatian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan makanan, antara lain:

Pertama, jangan pernah mendikte anak soal makanannya. Biarkan anak memilih apa yang ingin disantapnya dan seberapa banyak yang diinginkannya.

Kedua, tawarkan kepada anak sebanyak mungkin jenis makanan, termasuk makanan yang manis dan makanan ringan. Bahkan makanan tinggi lemak dan kalori sekalipun, sepanjang dikonsumsi dalam jumlah sedang dan tidak berlebih.

Ketiga, ajari anak agar makan perlahan. Ini akan membantu anak mengenali rasa kenyang dan berhenti makan ketika kenyang.

Keempat, jadikan acara makan bersama sebagai agenda rutin harian keluarga. Buat acara makan bersama sebagai acara yang menyenangkan bagi semua anggota keluarga. Jadikan pula momen itu sebagai tempat berbincang dan berbagi aneka hal yang dialami sepanjang hari.

Kelima, jangan sama sekali melarang anak ngemil. Ngemil secara berlebih memang tidak baik dan memberi sumbangan bagi meningkatnya berat badan anak. Tapi, bukan berarti anak sama sekali dilarang ngemil. Buatlah jadwal untuk ngemil. Anak yang ngemil setelah pulang sekolah, misalnya, malah baik bagi pasokan energi untuk mengerjakan pekerjaan rumah, olahraga, atau bermain.

Keenam, perbanyak menyajikan makanan yang mengandung biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran, untuk menu sehari-hari.

Sebagai langkah lanjutan untuk membantu anak mengendalikan berat badannya, Anda perlu membantu mengembangkan kebiasaan baik dan menyehatkan terkait dengan pola makannya. Perhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan memaksa anak untuk selalu menghabiskan jatah makan, ketika ia benar-benar kenyang.
  • Jangan menggunakan makanan untuk membujuk anak atau sebagai imbalan.
  • Jangan biasakan mengajak anak makan di restoran cepat saji lebih dari satu kali dalam seminggu.
  • Biasakan anak minum air bening ketika merasa haus.

Penulis adalah peminat masalah kesehatan