Darsono, Wardi, Sugeng dan Jono janjian mengadakan
reuni di Restoran yang ada tempat Karaokenya. Sambil
makan, mereka berempat ber-bincang2 sambil bernostalgia.
Setelah makan Darsono pamit meninggalkan teman2nya
sebentar untuk nyanyi karaoke, “Minta lagu apa Rek?
Dangdut?”

Sambil mendengarkan Darsono nyanyi, teman2nya
melanjutkan obrolan mereka.
“Bagaimana anak anakmu Geng?” tanya Wardi ke Sugeng.

Sugeng bercerita:
“Oo, baik2 saja, anak saya kan dua. Yang cewek ikut
suaminya jadi Kapolres di Medan. Sedangkan yang cowok
sudah jadi boss, pabriknya dua, pabrik sepatu dan
pabrik mie. Tapi ya gitu…, saya yang jadi bapaknya
saja ndak pernah dibelikan motor sama sekali, eeeh…
pas kemarin pacarnya ulang tahun dibelikan BMW 318i gress.”

“Lha kalau anakmu War?” Wardi pun bercerita, “Anakku
dua kerja di Amerika, yang bonthot sekarang sudah jadi
direktur developer rumah. Tapi agak gendeng juga anak
saya yang bonthot ini. Rumah bapaknya sudah doyong
dibiarkan aja, tapi waktu kemarin pacarnya ulang tahun
di belikan rumah baru.”

“Kalau kabar anakmu bagaimana Jon?” Sekarang Jono yang
cerita, “Anak saya empat, cowok satu, cewek tiga.
Sekarang sudah pada mandiri. Yang paling sukses ya
anakku yang cowok. Sekarang jadi pialang saham. Cuman
ya agak nggak bener juga. Lha… saya ini nggak pernah
di kasih uang sama sekali, tapi kemarin waktu pacarnya
ulang tahun di kasih deposito 100 juta.”

Setelah Jono cerita, Darsono selesai karaoke,
“Nyritain apa sih Rek?”.
“Ini lho Dar, pada nyritain anaknya, gimana anakmu
Dar?” tanya Jono.
Setelah nyalain rokok, Darsono mulai cerita: “Anakku
cuma satu, tapi payah. Aku ingin dia jadi ABRI, eeeh
malah jadi bencong. Sudah lima tahun dia buka salon,
dari dulu sampek sekarang ya teteeep aja nyalon. Tapi
meskipun bencong dia tetep anak ku. Apalagi dasarnya
anaknya itu baik, pergaulannya luas dan sayang sama bapaknya.

Setiap dapat rejeki saya pasti diberi. Kemarin pas dia
ulang tahun, ada temannya yang ngado BMW 318i gress,
rumah baru, dan deposito 100 juta. Dia bilang semua
itu buat bapak saja, dia tetep seneng buka salon saja, katanya.