Oleh Dr Henry Naland Sp B (K)

UPAYA mencari kesembuhan dari penyakit kanker telah banyak ditempuh, baik secara ilmu kedokteran modern (konvensional) maupun cara pengobatan lain. Namun, hasil pengobatannya belum sepenuhnya memuaskan, terlebih bila penyakit sudah dalam stadium lanjut.Seperti kita ketahui, kanker adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh perubahan (mutasi) dari sel-sel badan kita, yang tumbuh membentuk jaringan baru (neoplasma) secara berlebihan dan tak terkontrol, juga tidak mempunyai manfaat bagi tubuh kita, bahkan sering berakhir dengan kematian.

Sampai sekarang, penyebab kanker secara pasti belum diketahui atau ditemukan, namun dianggap disebabkan oleh banyak faktor (multifaktor). Banyak keadaan yang dicurigai/diduga dapat mempermudah terjadinya kanker, seperti faktor herediter/keturunan, infeksi kronis virus tertentu, zat karsinogen, sinar radioaktif, diet, kebiasaan hidup, stres, dan daya tahan tubuh yang turun. Cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari penyakit kanker dinamakan ilmu onkologi.

Modalitas (cara pengobatan) yang dikenal kedokteran konvensional/ modern dalam pengobatan kanker adalah bedah, radiasi, kemoterapi, hormonterapi, dan immunoterapi.

Berdasarkan fakta, tidak semua pasien kanker dapat disembuhkan dengan cara kedokteran modern di atas. Maka, dicari jalan lain untuk memperbaiki kesembuhan dari kanker dengan cara-cara pengganti lain. Ini dikenal dengan nama pengobatan alternatif yang belum sepenuhnya diakui keberadaan dan manfaatnya oleh kedokteran modern.

Pengobatan alternatif meliputi berbagai cara pengobatan, antara lain akupunktur, akupresur, yoga, chikung, diet khusus, dan pengobatan dengan tanaman obat.

Tanaman sebagai Obat

Sebenarnya bukan hal baru tumbuhan/tanaman tertentu dapat dijadikan obat. Sebab sudah ratusan bahkan ribuan tahun, orang mengenal dan memakai tumbuhan atau tanaman sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Dalam mitos Ramayana dikenal daun Lata Mousandi yang diambil Hanoman dari Gunung Mahameru/Himalaya untuk mengobati bala tentara kera yang mati, karena anak panah Sakti Raden Indrajit Putera Mahkota Raja Rahwana. Juga dalam mitos Mahabarata, Sri Kresna mempunyai cangkok (bunga) Wijaya Kusuma yang dapat menghidupkan orang mati.

Obat-obat modern yang kita kenal sekarang, banyak yang berasal dari tanaman obat. Namun dalam perkembangan selanjutnya, untuk memperoleh hasil pengobatan yang lebih baik dan lebih ekonomis juga dapat dihasilkan dalam jumlah besar, maka dibuatlah obat-obat sintetis. Lama kelamaan tanaman obat dilupakan sama sekali dalam pengobatan penyakit tiap hari bahkan dianggap primitif/kuno dan tidak ilmiah.

Untunglah tidak semua bangsa bersikap demikian, sebab kita ketahui beberapa negara seperti Cina, India dan lain-lain sampai sekarang masih memelihara dan mempertahankan ilmu pengobatan tradisionalnya. Bahkan bisa berjalan sejajar berdampingan dengan ilmu kedokteran modern sehingga hasil kesembuhan yang diperoleh dengan menggabungkan kedua cara pengobatan di atas, jauh lebih baik dibandingkan bila dilakukan sendiri- sendiri.

Di Indonesia perhatian terhadap pengobatan dengan memakai tanaman obat sejak 10 – 15 tahun terakhir sangat besar, ini antara lain didukung dengan gerakan Back to Nature. Keadaan krisis ekonomi/moneter memaksa kita mencari alternatif pengobatan lain yang lebih murah, kekecewaan terhadap hasil pengobatan modern, menghindari efek samping obat-obat modern. Semua alasan di atas sangat didukung oleh kekayaan alam negara kita yang sangat besar dan banyak macamnya yakni berupa keragaman hayati baik fauna maupun flora yang kita miliki. Bahkan diakui Indonesia adalah negara no. 2 dengan kekayaan keragaman hayati baik fauna maupun flora terbesar di dunia setelah Brasil.

Sikap Dokter/Kedokteran Modern terhadap Pengobatan Alternatif

Sungguh sayang kalau kita yang dikaruniai Tuhan dengan kekayaan alam flora yang begitu besar dan beragam, tidak punya perhatian dan minat meneliti, memanfaatkan tanaman obat yang ada di negara kita sendiri untuk kepentingan pengobatan penyakit rakyat kita.

Ada tiga sikap dokter terhadap pengobatan alternatif:

Kelompok yang apriori menolak/ menentang hadirnya pengobatan alternatif (tanaman obat = fitofarmaka) bahkan menganggap tidak berguna, berbahaya dan kuno dan sama sekali tidak ilmiah.

Kelompok yang skeptis tidak mau tahu adanya cara pengobatan lain disamping cara pengobatan kedokteran modern.

Kelompok yang mau mempelajari dan menerima serta memakainya untuk mengobati para pasien serta selanjutnya mengamati apakah benar fitofarmaka mempunyai manfaat dalam pengobatan. Kelompok dokter ini rela belajar lagi ilmu tanaman obat yang memang tidak ada dalam kurikulum pendidikan kedokteran modern.

Sikap pemerintah sebenarnya sejak lama mendorong untuk memanfaatkan tanaman obat dalam pengobatan di Indonesia, namun belum memberi arahan yang pasti dan dukungan sepenuhnya untuk tujuan tersebut. Diharapkan di masa mendatang pemerintah lebih tegas dan berani untuk memajukan pengembangan pengobatan dengan fitofarmaka. Bahkan memasukkan ilmu fitofarmaka dalam kurikulum Pendidikan Kedokteran Modern. Juga menyediakan sediaan fitofarmaka di apotek-apotek dan asuransi mau mengganti/membayar obat fitofarmaka seperti untuk obat-obat modern yang berlaku sekarang.

Manfaat Tanaman Obat Mencegah dan Mengobati Penyakit Kanker

Kita kenal obat-obat antikanker yang berasal dari tanaman, misalnya Vincristine, Vinblastin, Vindesin yang berasal dari tanaman Tapak Dara atau Vinca rosea, yang telah diekstrak dan dimurnikan. Dimaksudkan dengan demikian diperoleh satu komponen saja yang telah melalui uji hewan, uji manusia dan uji klinis dalam waktu sangat lama dengan biaya yang sangat besar dan sekarang masih dipakai sebagai salah satu obat kemoterapi yang ampuh.

Obat mutakhir yang sangat terkenal yakni Taxol (paclitaxel) juga berasal dari semacam tanaman pohon cemara laut yang sangat potensial terhadap kanker payudara, ovarium dan lain-lain. Sayang, harganya sangat mahal. Dari dua contoh tanaman tersebut dapat kita harapkan dan pastikan bahwa pasti masih banyak tanaman lain yang juga mempunyai efek terhadap kanker, bahkan mungkin lebih kuat. Jadi sebenarnya bukan hal yang tak berdasarkan ilmiah bahwa kalau kita percaya dan yakin bahwa ada tanaman obat yang dapat dipakai untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit kanker.

Hipotesis Cara Kerja Tanaman Obat/ Bahan dari Tanaman Obat dalam Mematikan Sel Kanker

Tanaman obat atau bahan dari tanaman obat ada yang secara langsung bersifat racun yang dapat mematikan sel kanker.

Bahan dari tanaman obat berperan dalam fase tertentu pembelahan sel sehingga sel kanker tidak dapat membelah diri (mitosis) dan akhirnya mati sendiri. Mekanisme ini seperti pada sebagian obat kemoterapi modern.

Tanaman obat membantu mekanisme pertahanan tubuh dalam memerangi sel kanker, antara lain mengaktifkan Natural KillerCells.

Karena kadar ion K+ yang sangat banyak dalam tanaman dapat mengubah lingkungan sel kanker sehingga kembali jadi sel normal.

Banyak bahan tanaman obat yang bersifat antioksidan sehingga mengurangi terbentuk radikal bebas yang dapat merusak gen dalam DNA sehingga mutasi dapat dicegah atau dikurangi

Menambah kadar asam laktat dalam jaringan tubuh seperti pada minuman kombucha atau teh kombu

Memperbaiki dan memperkuat lingkungan sel-sel yang ada di sekitar jaringan kanker sehingga dapat lebih kuat/tahan terhadap sel kanker dan menghambat pertumbuhan sel kanker

Masih banyak mekanisme kerja lain yang masih perlu diteliti.

Kelemahan Tanaman Obat

Tidak adanya standardisasi yang baku, sehingga dosis yang terkandung dalam bahan tanaman obat atau obat yang dihasilkan dari tanaman obat tersebut sangat bervariasi. Hal ini berkaitan dengan waktu, cara pemanenan tanaman obat misalnya, untuk obat dari bahan daun, kapan waktu terbaik dipanennya setelah ditanam, sehingga diperoleh kadar bahan aktif yang mak-simal.

Kemudian juga harus dibakukan cara pengolahan selanjutnya, misalnya bila dikeringkan apakah langsung dijemur di matahari atau diangin-angin sampai kering atau dikeringkan dengan oven pada kepanasan derajat tertentu. Daun obat yang kering yang dihasilkan harus ditentukan dengan kadar air berapa persen sehingga bahan tersebut lebih tahan lama/awet tak mudah ditumbuhi jamur.

Dengan adanya standarisasi buat semua jenis tanaman obat dapat diharapkan mutu dan kadar bahan aktif yang terkandung, terjamin tetap sama besarnya dan misalnya, dalam 1 kg daun obat kering akan sama banyak dan tidak sangat bervariasi, dari waktu ke waktu atau siapa saja yang menghasilkan atau memproduksinya.

Berapa Tanaman Obat yang Dipakai dalam Pengobatan Kanker

Banyak sekali tanaman obat yang diketahui dan dipercaya dapat dipakai untuk pengobatan penyakit kanker, terutama bahan-bahan yang berasal dari luar negeri.

Namun yang akan dikemukakan di sini hanyalah tanaman obat yang ada di Indonesia dan mudah didapat baik yang asli dari Indonesia atau telah dikembangkan disini. Dari pengalaman penulis, yang paling sering dipakai adalah:

1. Bidara upas ( Merremia mammosa)

2. Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa)

3. Jombang (Taraxacum mongolicum)

4. Benalu (Loranthus species)

5. Kunir putih (Curcuma alba)

6. Temu putih (Curcuma zedoaria)

7. Sambiloto (Andrographis paniculata)

8. Keladi Tikus/rodent tuber (Typhonium flagelliforme)

9. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)

10. Daun Dewa (Gynura segetum)

11. Sambung Nyawa (Gynura procumbens)

12. Cakar ayam (Selaginella doerderlini)

13. Buah Makasar (Brucea jevanica)

14. Tapak dara (Catharanthus rosea/ Vinca rosea)

Masih ada banyak tanaman obat lain yang dikatakan mempunyai efek/berguna untuk pengobatan penyakit kanker misalnya, Jamur Ling-zhi (Ganoderma lucidum) dan Maitake. Juga dari jenis sayuran atau buah yang kita kenal seperti lobak (Raphanus sativus), kubis (Brassica olerace).

Juga wortel (Daucus carote), Pare (Momordica charantie), pepaya (Carica papaya), buncis (Phaseolus vulgaris), leunca (Solanum nigrum), brokoli (Brassica olerace varietas italica), bawang putih (Allium sativum), belimbing manis (Averrhoa carambola), ceremai (Phyllantus acidus), jali (Coix lacryma) dan teh (Camellia sinensis).

Penulis adalah Seorang Dokter lulusan FKUI 1972/1973

Bertugas di RS OMNI Medical Centre