dr Utami

Pakar Kesehatan, dr Utami Roesli Sp A, MBA, IBCLL. (Foto: Sudarmawan) Sudarmawan | Madiun – Pakar kesehatan anak mendesak produsen susu dan makanan formula tambahan pengganti Air Susu Ibu (ASI) menghentikan kegiatan promosinya.

Pasalnya, selain disebabkan promosi itu menyebabkan penyesatan persepsi dikalangan ibu-ibu rumah tangga juga menyebabkan pembodohan terhadap kalangan ibu rumah tangga melalui promosi terbuka dan tersembunyinya, yakni susu dan makanan formula memiliki kualitas yang sama dengan ASI. Menurut dr Utami Roesli Sp A, MBA, IBCLL mengatakan sangat keberatan dengan adanya promosi gencar-gencaran yang dilaksanakan para produsen susu dan makanan formula beberapa tahun terakhir ini. Menurutnya, promosi yang gencar itu justru akan semakin menyesatkan persepsi kalangan ibu rumah tangga terkait arti penting ASI.

“Kegiatan promosi itu melanggar kode etik. Sebab, berdasarakan komitmen global menekankan pentingnya perlindungan bagi itu menyusui dari pengaruh dan promosi pemberian susu dan makanan formula diluar ASI,” terangnya kepada wartawan saat memberikan penyuluhan dalam Kampanye Inisiasi Menyusu Dini dan Aturan Internasional Tentang Penyebaran Susu Formula sebagai Pengganti ASI di Kabupaten Madiun, Rabu (30/1).
Lebih jauh, kakak kandung seniman Harry Roesli ini menjelaskan kode etik internasional yang dilanggar itu, di Indonesia telah diratifikasi melalui SK Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang pemasaran produk pengganti ASI dan SK Menkes Nomor 450/SK.IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Selain itu, perangkat hukum lainnya berupa PP Nomor: 66/1999 tentang pemasaran makanan bayi.

Oleh karenanya, sebagai pakar kesehatan anak, dirinya menyayangkan dan keberatan dengan adanya promosi yang berlebih-lebihan saat ini. Apalagi, promosi itu melibatkan kalangan dokter anak dan bidan yang biasa bersentuhan langsung dengan ibu menyusui dan melahirkan.

“Sayang, pelanggaran masih saja dilakukan para produsen. Malah terkesan sulit untuk dihentikan. Apalagi, promosinya merambah kepada petugas kesehatan hingga sarana pelayanan kesehatan jadi sasaran,” jelasnya.

Sementara itu, untuk ‘mengelabui’ para produsen menggunakan penjelasan yang ilmiah. Hal itu, lanjut Utami, agar alasannya bisa diterima oleh kalangan umum. Selain itu, produsen makin agresif dengan menyediakan layanan telepon bebas pulsa sebagai langkah strategis dalam memangsa sasarannya. Diikuti, melakukan promosi kepada kaum ibu mencatat nama, alamat dan nomor telepon khususnya ibu baru melahirkan. Cara promosi terkadang mengelabui dengan menggunakan penjelasan semi ilmiah dengan mengidealkan produknya terbaik atau kualitas sama dengan ASI.

“Kondisi ini tak bisa dibiarkan. Penghentian itu butuh campur tangan pemerintah. Apalagi mensterilkan petugas kesehatan dari promosi yang menyesatkan itu,” tandasnya.

http://suryalive.com/content/view/227/39/