MENDENGAR kata mikroba, yang terbayang oleh kita adalah penyakit, pencemaran, dan pembusukan makanan. Orang awam masih beranggapan, mikroba identik dengan bakteri atau kuman penyakit. Padahal makhluk hidup yang superkecil dan dikenal dengan sebutan jasad renik yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop ini, tidak hanya berupa bakteri, tetapi juga berbentuk kapang atau jamur, khamir, protozoa, dan juga virus.

Mereka berbeda satu sama lain dalam hal jumlah dan ukuran sel, serta kebutuhan nutrisinya. Dari segi ukuran, virus adalah yang terkecil, begitu kecilnya sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Virus juga sangat sederhana, sehingga masih diragukan dapat dimasukkan dalam kelompok makhluk hidup. Pada dasarnya mikroba itu ada di mana-mana pada lapisan biosfer. Mereka terdapat pada makanan, air minum dan mandi, alat-alat makan, alat memasak, alat tulis, juga di lantai, pakaian, sepatu, ataupun tas. Bahkan, udara yang kita hirup untuk bernapas pun mengandung berbagai jenis mikroba.

Bakteri, khamir, protozoa, dan ganggang, adalah jasad renik bersel tunggal, sedangkan kapang dan beberapa jenis ganggang merupakan jasad renik multisel. Berbagai jenis mikroba ini dapat memberikan manfaat maupun efek merugikan bagi kehidupan manusia. Mikroba hadir di biosfer karena ia makhluk hidup. Tiap jenis mikroba mempunyai tempat hidup yang tidak sama, sesuai ketersediaan nutrisi yang dibutuhkannya, di samping kondisi yang cocok untuk tumbuh dan berkembang biak. Kondisi tumbuh yang dimaksud di antaranya suhu dan ketersediaan nutrisi.

Negara Tropis

Secara umum, bakteri tumbuh dengan baik pada suhu 30 derajat Celsius. Jadi, jangan heran kalau di negara tropis, seperti Indonesia yang tinggi kelembabannya, lebih mudah dan banyak terjadi kontaminasi makanan maupun penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, dibandingkan dengan negara dengan empat musim. Belum lagi ditambah faktor kebersihan yang kurang mendapat perhatian. Sebagai contoh, tas dan sepatu kulit, pakaian dan buku-buku tua, mudah ditumbuhi jamur atau kapang, karena kapang dapat memanfaatkan selulosa sebagai sumber nutrisinya. Lalu, gigi yang kotor menjadi busuk karena sisa-sisa makanan, baik berupa gula maupun protein, dapat menunjang kebutuhan nutrisi bakteri penyebab kebusukan gigi.

Bayangkan apa yang terjadi bila dunia ini bebas mikroba. Bahan makanan yang segera lenyap adalah daging sapi, kerbau, maupun kambing. Tanpa mikroba yang hidup di dalam saluran pencernaannya, ternak-ternak tersebut tidak dapat mencerna rumput yang mereka makan. Bakteri, kapang, dan khamir-lah yang melaksanakan tugas tersebut.

Selanjutnya, ikan dan hasil laut akan ikut menghilang pada saat yang bersamaan, sebab rantai makanan di air mendapatkan bahan bakarnya dari mikroba yang dapat melakukan fotosintesis, penghasil oksigen yang dibutuhkan biota laut. Proses fotosintesis yang terjadi juga membantu mengurangi kandungan CO2 yang merupakan gas buangan polusi udara karena karbondioksida itu dipakai sebagai bahan baku fotosintesis.

Bayi yang baru lahir, dalam saluran pencernaannya tidak terdapat mikroba. Kehadiran mikroba dimulai pada saat tangisan pertamanya dan dalam waktu dua minggu telah berkembang biak berbagai jenis mikroba. Lalu, apa yang akan terjadi tanpa miliaran mikroba yang hidup di dalam usus besar kita? Tubuh menjadi rentan terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroba. Saluran pencernaan dan usus manusia mengandung miliaran bakteri dari berbagai jenis yang hidup secara harmonis dengan tuan rumahnya. Bakteri itu tidak membahayakan, bahkan membantu sistem pencernaan.

Tanaman pangan dibantu oleh mikroba yang dapat memanfaatkan kandungan nitrogen di udara, lalu mengubahnya menjadi amonia, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman tersebut. Beberapa tanaman polong-polongan, seperti kedelai, kacang polong, dan sebagainya, melakukan kerja sama saling menguntungkan dengan bakteri yang dapat mengikat nitrogen yang terdapat pada bintil akar, sehingga dapat mempertahankan kesuburan tanah karena menyediakan nitrogen bagi tanaman. Tanpa mikroba, proses penguraian alami terhadap tanaman dan hewan yang sudah mati tidak akan terjadi. Akibatnya, rantai makanan terputus. Tanaman dan hewan tidak mendapatkan penyediaan nutrisi yang berasal dari tanaman dan hewan yang sudah mati dan didaurulangkan ke tanah.

Masalah yang paling besar adalah ketersediaan oksigen di bumi. Bayangkan, mikroba yang hidup di laut dan melakukan fotosintesis berperan dalam menghasilkan separuh dari oksigen di dunia. Tanpa mikroba, oksigen akan menjadi barang langka dan manusia pun akan berebut oksigen untuk bernapas, sehingga suatu saat manusia di bumi ini akan musnah bersamaan dengan habisnya oksigen. Tanpa mikroba, antibiotik dan vaksin pun tidak akan pernah ada. Demikian juga halnya beberapa makanan yang melibatkan aktivitas mikroba, yang disebut makanan fermentasi, seperti berbagai jenis acar sayuran, keju, yoghurt, kecap, terasi, roti, tempe, tape, dan masih banyak lagi. Jelaslah, kehadiran mikroba bagi kelestarian hidup bumi beserta isinya ini penting dan mutlak. Meski demikian, ada juga mikroba yang patut diwaspadai.

Tahun 1876 adalah saat pertama kali diketahui peranan mikroba sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, seperti flu, cacar air, polio, AIDS, dan penyakit hati karena virus. Sedangkan tuberkulosis, pneumonia, kolera dan disentri, serta jerawat, disebabkan infeksi bakteri. Bahkan, kulit yang kurang bersih akan ditumbuhi jamur, yang dikenal sebagai panu. Rambut yang berketombe juga akibat ulah mikroba. Mulut dan gigi kita pun tak luput dari serangan jasad renik ini.

Daging, telur, dan makanan yang disimpan di udara terbuka lama-kelamaan akan menjadi busuk atau rusak karena ditumbuhi mikroba. Roti dan keju akan jamuran; sup, tahu, dan susu, akan menjadi masam; santan akan jadi tengik. Beberapa jenis bakteri bahkan tidak hanya menyebabkan pembusukan, tetapi juga menghasilkan racun yang mematikan. Tanaman buah, sayuran, maupun bunga, juga tidak bisa lepas dari serangan mikroba. Berbagai jenis virus menyerang tanaman, salah satu di antaranya virus mosaik yang menyerang tembakau dan menyebabkan penyakit pada tanaman.

Kebersihan

Rumah kita pun tak luput dari intaian makhluk renik ini. Dinding rumah bisa ditumbuhi jamur apabila terlalu lembab. Kayu-kayu penunjang rumah yang dimakan rayap, sebenarnya merupakan ulah mikroba yang menumpang hidup pada sistem pencernaan rayap.

Sementara itu, bakteri tertentu dapat tumbuh pada bahan logam dan plastic, sehingga dapat menyebabkan terjadinya karat pada pipa logam, baik saluran pembuangan, bahan bangunan, maupun saluran air. Pertumbuhan ganggang yang berlebihan pada danau ataupun sungai akan mengundang bakteri pengurai ganggang tersebut memakai oksigen di dalam air, sehingga makhluk hidup di dalam air, seperti ikan, akan kekurangan oksigen dan mati.

Tumbuhnya mikroba dalam suatu lingkungan merupakan akibat tersedianya nutrisi dan kondisi yang sesuai dan diinginkan oleh mikroba tersebut. Karena itu, untuk menghindari kehadiran mikroba yang tidak diinginkan, kita harus mengganggu kondisi yang mendukung pertumbuhan mikroba tersebut. Untuk itu, kebersihan adalah syarat utama agar dapat terhindar dari berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh makhluk superkecil ini. Menjaga kebersihan tubuh membuat kita terhindar dari serangan panu, kebusukan gigi, rambut berketombe, tumbuhnya jerawat, dan sebagainya. Perhatian terhadap kebersihan, baik secara personal maupun lingkungan, merupakan cara yang paling efektif untuk menghindari kontaminasi oleh mikroba.

Budi Imansyah S, Sanitarian, Pemerhati Masalah Kesehatan Dan Tergabung Dalam Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)