Foto-foto: SP/Berthold Sinaulan

Para pengunjung Sydney Aquarium memotret tiga ekor anjing laut dari balik kaca pembatas.

Tawaran wisata ke kota-kota metropolitan di banyak negara, umumnya diisi dengan paket-paket penawaran wisata belanja. Mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan terkemuka, rumah mode, dan berbagai butik serta toko-toko eksklusif lainnya. Namun untuk sebagian penduduk Jakarta yang kehidupannya juga sudah “dikepung” berbagai pusat perbelanjaan terkemuka dan toko-toko eksklusif, ada juga yang memilih hal lain kalau berwisata ke kota metropolitan di luar negeri.

Berdasarkan panduan seorang teman yang tinggal di Australia, SP mencoba menikmati kehidupan alam liar di tengah kota metropolitan, Sydney. Ya, ini kehidupan alam liar sesungguhnya, bukan kehidupan liar tengah malam, seperti yang baru saja digelar di kota itu, yakni karnaval Mardi Gras, suatu pesta kaum gay yang gaungnya cukup terkenal di seluruh dunia. Ketika tiba di Sydney sehari sesudah penyelenggaraan pesta itu, masih ada beberapa kelompok gay yang berada di kota itu.

Tadinya SP tak begitu memperhatikan kelompok itu. Ternyata, ketika mengikuti anjuran teman untuk menikmati kehidupan alam liar di Sydney, di tempat yang dituju pun ada kelompok gay yang sedang berkunjung ke sana. Ya, tempat tujuan itu memang tampaknya menarik perhatian siapa pun yang berkunjung ke kota metropolitan di Australia itu.

Lebih menarik lagi, kawasan tujuan wisata itu jaraknya sangat dekat dengan pusat kota. Dari tempat menginap di dekat stasiun pusat kota di City Centre, hanya berjalan kaki kurang dari 30 menit kita sudah tiba di kawasan Darling Harbour.

Tempat ini memang kawasan wisata yang amat menyenangkan di Sydney. Tercatat ada 44 restoran, 32 bar, dan 18 kafe, yang menyajikan beragam menu makanan dan minuman, termasuk nasi Padang yang ditawarkan lengkap dengan dendeng baladonya. Menu-menu internasional, seperti daging panggang, pasta, dan makanan khas Tiongkok serta Jepang, tersedia pula di sana.

Di situ juga ada 3 museum, 1 taman khas Tiongkok yang sering digunakan wisatawan untuk bersantai, beryoga dan melakukan kegiatan perenungan, 1 bioskop Imax yang menyajikan film-film tiga dimensi, dan yang menjadi tujuan SP adalah dunia alam liar yang dilengkapi dengan akuarium besar serta tempat pemeliharaan penguin, anjing laut, buaya, dan binatang air lainnya.

Akuarium yang ada bahkan disebut-sebut sebagai objek wisata air nomor satu di Australia. Terdapat tak kurang dari 11.500 binatang air yang ada di tempat itu. Termasuk beberapa ikan hiu, hewan yang sering menjadi salah satu objek dalam film-film buatan Australia.

Dibuka pertama kali pada 1988, Sydney Aquarium merupakan salah satu akuarium terbesar di dunia, bersaing dengan akuarium di Monterey, Amerika Serikat dan di Osaka, Jepang. Daerah tujuan wisata nomor satu di Sydney itu setiap tahunnya menjaring banyak wisatawan dan sekitar 55-60 persen wisatawan yang datang merupakan turis mancanegara.

Di tempat itu, pengunjung bisa pula melihat saat binatang-binatang air itu diberi makan. Tingkah binatang berebut makanan merupakan hal yang menarik untuk diamati. Pada saat-saat seperti ini, biasanya para pengunjung langsung mengarahkan kamera foto dan kamera video mereka, untuk mengabadikan adegan yang menarik.

Sebagai bagian dari usaha pihak akuarium mengajak masyarakat lebih mencintai binatang-binatang air, tersedia pula paket mengadopsi binatang. Cukup menyumbang paling sedikit 50 dolar Australia, yang mengadopsi berhak mendapat sertifikat keanggotaan, data binatang yang diadopsi, dan potongan harga untuk tiket masuk akuarium selama setahun.

Cara lain untuk lebih mengajak partisipasi masyarakat, pihak akuarium kini menawarkan para pengunjung yang datang untuk memberi nama pada bayi anjing laut yang menjadi penghuni baru di akuarium tersebut. Bayi anjing laut dari kawasan Sub-Antartika itu, ditemukan dalam keadaan terluka di Pantai Stockton, bagian utara Sydney, akhir tahun lalu.

Pihak Sydney Aquarium kemudian mencoba menyelamatkan sang bayi dengan mengobati dan merawatnya. Empat bulan kemudian, sang bayi berhasil melewati masa kritisnya dan kini menjadi salah satu penghuni di akuarium itu yang mendapat perhatian banyak pengunjung saat keluar dari tempat perawatannya dan tampil di akuarium setiap hari dari pukul 09.00 sampai 12.00 waktu setempat.

Menikmati akuarium itu memang membutuhkan waktu cukup lama, bila ingin benar-benar mendalami berbagai hal tentang kehidupan air, khususnya kehidupan air laut. Namun, penyajiannya yang rapi dan disertai keterangan tertulis yang mudah dimengerti, membuat hampir semua wisatawan betah menghabiskan waktunya di akuarium tersebut. Walaupun demikian, sebaiknya jangan hanya mengunjungi akuarium itu.

Seekor koala sedang bergayut di pohon kayu manis yang daunnya menjadi santapan sehari-hari bagi sang koala.

Seorang petugas Sydney Aquarium memberi makan sejumlah penguin yang dipelihara di tempat itu.

Kartu Keluarga

Tepat di sebelah akuarium itu, terdapat dunia alam liar, Sydney Wildlife World. Wisatawan dapat membeli kartu Di2covery Combo Value Pass. Huruf “s” pada kata “Discovery” memang sengaja diganti dengan angka “2”, untuk menunjukkan dengan kartu itu bisa masuk ke Sydney Aquarium serta Sydney Wildlife World sekaligus dengan potongan harga yang menghemat 20 persen dibandingkan membeli satu per satu tiket di kedua tempat tersebut. Pengunjung dewasa cukup membayar 48,50 dolar Australia (sekitar Rp 425.000) dan untuk anak-anak seharga 26,50 dolar Australia.

Selain itu, ada lagi harga khusus untuk kaum pensiunan dan untuk pelajar. Bahkan untuk keluarga, tersedia Di2covery Pass yang menghemat biaya keluarga-keluarga yang ingin datang ke akuarium dan dunia alam liar di sana. Ada tiket untuk 1 dewasa dan 2 anak, 2 dewasa dan 1 anak, serta 2 dewasa dan 2 anak. Tiket termahal untuk kelompok terakhir tadi adalah seharga 120 dolar Australia.

Bila dilihat sepintas, harga tiket tersebut memang termasuk mahal untuk ukuran masyarakat Indonesia. Namun setelah masuk ke dalam akuarium dan dunia alam liar di Sydney itu, terasa sekali bahwa harga yang dibayarkan memang sepadan dengan beragam pengalaman yang didapatkan di sana.

Contohnya di dunia alam liar. Tanpa perlu jauh-jauh ke luar kota yang membutuhkan biaya transportasi dan waktu lebih lama, pengunjung dapat melihat berbagai jenis binatang liar khas Australia. Mulai dari binatang kecil seperti serangga dan kupu-kupu, sampai binatang-binatang besar, seperti kanguru, koala, wallaby, tazmanian devil, dan banyak lagi. Termasuk binatang-binatang malam yang dapat disaksikan pada siang hari, karena tempatnya memang sengaja dibuat gelap seolah- olah di malam hari.

Binatang-binatang yang ada di sana memang ditempatkan di kawasan yang dibuat semirip mungkin dengan tempat aslinya. Koala misalnya, dibiarkan bebas di kawasan yang sengaja dilengkapi dengan pohon dan daun-daun kayu manis, yang merupakan makanan utama koala.

Sama seperti di akuarium, di tempat ini pun para pengunjung diberikan kesempatan untuk memberi nama kepada bayi koala yang baru dilahirkan tahun lalu di sana. Pengunjung yang memberikan nama terbaik, memperoleh kesempatan untuk berfoto dengan bayi koala itu dan tiket masuk gratis selama setahun ke tempat itu.

Berfoto dengan binatang liar memang menjadi salah satu keunggulan tempat tersebut. Pengunjung cukup membayar 20 dolar Australia, maka dapat berfoto dengan binatang-binatang liar seperti koala dan kanguru yang ada di situ. Pihak pengelola kawasan itu telah menyiapkan fotografer lengkap dengan kamera, dan langsung mencetak foto yang dihasilkan saat itu juga.

Namun, ada yang unik. Di tempat itu pengunjung dilarang memegang apalagi menggendong koala seperti bisa kita saksikan di beberapa kartu pos bergambar dari Australia. Ketika seorang pengunjung remaja asal Jepang hendak memegangnya, segera pihak pengelola melarangnya. “Maaf, menurut hukum di Sydney, orang dilarang memegang apalagi menggendong koala,” begitu jelas staf pengelola tersebut.

Jadi kalau berfoto bersama koala, cukup mendekati pohon tempat sang koala sedang bergayut tenang, kemudian fotografer mencari angle yang paling tepat, untuk memotret pengunjung yang ingin mendapatkan kenangan berfoto bersama koala di Sydney Wildlife World itu.

Dunia alam liar di tengah kota itu menempati bangunan seluas 7.000 meter persegi yang terdiri dari tiga lantai. Selain sebagai daerah tujuan wisata, tempat itu juga merupakan sarana pendidikan dan pengenalan tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup kepada masyarakat luas. [SP/Berthold Sinaulan]