IWAN baru saja diangkat sebagai lurah di desanya. Ia lalu mengadakan pesta syukuran. Banyak yang memberinya hadiah, termasuk ‘amplop’ tentunya.

Setelah acara selesai, Iwan dengan anak istrinya sibuk menghitung satu persatu amplop yang telah diterima. “Wah Bukan main! banyak sekali!” gumamnya.

Tetapi mengetahui hal itu, Abi anaknya, justru menjadi sangat kecewa.

Ia segera berlari keluar dan menangis di ruang tamu. Ibunya langsung memburu dan bertanya kepadanya, “Kenapa menangis Abi? Bukankah seharusnya kamu gembira, Bapak menerima banyak amplop. Nanti kamu bisa dibelikan baju baru, mainan, dan macam-macam hal yang menyenangkan.”

“Tidak. Abi tidak mau Bapak jadi Lurah.”

“Lho, mengapa kamu tidak setuju kalau Bapak jadi Lurah, ‘kan kita bisa terima banyak amplop,” jelas ibunya.

“Dari dulu ‘kan Abi sudah bilang, supaya bisa terima amplop lebih banyak lagi, sebaiknya Bapak kerja di kantor pos saja.”