LEE KUN-HEE, Selalu Berorientasi pada Masa Depan Minggu, 16/12/2007 Lee, 65, dinobatkan sebagai orang terkaya di Korea Selatan 2007 versi majalah Forbes. Dengan semboyan merencanakan bisnis membentuk masa depan, Lee berhasil mengangkat nama Samsung.
KETIKA didirikan oleh ayah Lee, Lee Byung-chul, pada 1938, nama Samsung tidak begitu dikenal sebagai produsen unit televisi, lemari pendingin, atau keping mikro. Betapa tidak, namanya terbenam oleh merek-merek ternama asal Jepang seperti Sony, Matsushita, dan lain-lain. Namun, setelah mulai dikelola Lee sejak 1987, perusahaan warisan keluarga ini sekarang sudah bermetamorfosa menjadi perusahaan raksasa di level global. Samsung menyumbang seperlima produk domestik bruto Korsel, negara ekonomi terbesar ke-13 dunia.
Bahkan,karena pengaruh besar Samsung,Korsel kerap diibaratkan sebagai “Republic of Samsung”. Untuk memacu semangat berkembang para eksekutifnya, Lee tidak segan-segan memimpin langsung para eksekutif terjun langsung ke lapangan untuk memantau penjualan produk Samsung. Pada 1993 Lee beserta para eksekutif mengunjungi toko-toko elektronik di Los Angeles. “Dia menggoreskan jarinya di produk-produk Samsung dan menunjukkan kepada kami lapisan debu tebal di masing-masing produk itu,” kata KS Kim, Presiden dan CEO Samsung Asia Barat. “Barang-barang kami tidak laku,” imbuhnya. Betapa tidak, sejak awal 1990- an, Samsung -dalam bahasa Korea berarti ‘Tiga Bintang’- hanya berkonsentrasi pada produksi massal, tetapi dengan kualitas produk yang rendah.
Jadi, produk Samsung tidak bisa bersaing di pasar jika dilihat dari segi kualitas. “Ubah semuanya, kecuali istri dan anak-anakmu,” demikian petuah Lee yang terkenal. Petuah yang akhirnya membawa kesuksesan besar Samsung sekarang ini.Bisa dikatakan, 1993 merupakan tahun titik balik Samsung di pasar global. Sejak saat itu Lee bertekad untuk melakukan perubahan besar-besaran di manajemen. Dia memutuskan meningkatkan kualitas dan persepsi negatif dari produk- produk Samsung. Bahkan dikabarkan, demi reformasi ini, Lee jarang sekali tidur.
Lee mengubah jam kerja yang tadinya dimulai pada 08.30 hingga 17.30 menjadi 07.00 hingga 16.00. Dia juga memerintahkan para eksekutifnya memiliki hobi baru, seperti tenis atau olahraga lain,untuk mengganti kebiasaan buruk merokok dan minum-minuman keras. Setelah berhasil mengubah manajemen internalnya, Lee mulai menciptakan para eksekutif-eksekutif kaliber dunia. Jadi, dia merintis Program Spesialis Regional. Setiap tahun, sekitar 300-400 manajer Samsung berusia 28 hingga 34 tahun dikirim belajar ke luar negeri selama setahun.
Program ini untuk membiasakan para manajer muda masa depan ini dengan budaya, bahasa, dan kebiasaan di luar negeri.Sekarang Lee memiliki pedoman bahwa kesuksesan bukan ditentukan kuantitas, tetapi kualitas. Perjalanan kesuksesan Samsung sempat terhambat akibat krisis ekonomi 1997-1998 yang mengguncang seluruh kawasan Asia. Namun, Lee tetap mampu bertahan dan menggunakan krisis ini sebagai kesempatan untuk meluncurkan inisiatif 3P, yaitu product, process, dan people. Lima nilai yang sekian lama dipegang teguh Lee yaitu kualitas, kreativitas,kompetisi,budaya,dan masyarakat.
Nilai-nilai inilah yang ditekankan agar tertanam dalam komitmen kuat hingga saat ini. Dia secara langsung mendorong inovasi di manajemen, menciptakan pendekatan budaya dinamis di perusahaan dengan slogan “Ubah Diri Sendiri Terlebih Dulu”. Lee beranggapan, seluruh kemajuan dimulai dari diri sendiri. Lee memang membanggakan kenyataan bahwa Samsung menarik minat para intelektual di Korsel. Meski begitu, tujuan barunya adalah menarik talenta dari seluruh dunia. Hal ini demi memastikan Samsung akan tetap menjadi salah satu perusahaan papan atas di masa depan. “Satu orang jenius bisa memberi penghasilan bagi jutaan orang lainnya. Di masa depan, ketika kreativitas menjadi indikator kesuksesan bisnis, kita harus memilih yang terbaik.
Nilai ekonomi seorang jenius bernilai lebih dari USD1 miliar,” tandas pria yang dilahirkan pada 9 Januari 1942. Menurut hasil survei Kamar Dagang Korsel tahun ini, Lee mendapat predikat pengusaha paling berpengaruh di Korsel kedua setelah mendiang Chung Ju-yung, pendiri Hyundai Group. Lee memperoleh gelar Ekonomi dari Waseda University di Amerika Serikat. Dia fasih berbahasa Inggris dan Jepang. Lee memiliki empat orang anak, satu putra, dan tiga putri. Tiga anaknya semuanya memegang kendali perusahaan afiliasi Samsung. Namun sayang, putri bungsunya ditemukan tewas di pada 18 November 2005 lalu, diduga akibat bunuh diri. Kehilangan putri bungsunya bukan cobaan berat yang Lee derita baru-baru ini. Pasalnya, sekarang ini Samsung tengah didera tuduhan terkait skandal korupsi. (berbagai sumber/tri subhki r)