KOLESTEROL TINGGI? HAJAR PAKAI SELEDRI

Salah satu penyakit paling populer di zaman ini ialah kelebihan kolesterol atau hiperkolesterolemia. Ia ditakuti lantaran bisa mengganggu kesehatan jantung. Dengan berpantang makanan sumber kolesterol, kadar kolesterol darah ini bisa dikurangi. Kalaupun sudah kadung tinggi, bisa diturunkan dengan mengkonsumsi bahan alami seperti seledri, bawang putih, bawang prei, atau temulawak.seledri.jpg

Seorang pria eksekutif muda tiba-tiba saja menolak ajakan rekan-rekannya menyantap tongseng ketika makan siang bersama di sebuah warung. Padahal sebelumnya, makanan lezat yang terbuat dari daging kambing ini termasuk favoritnya. Setelah diledek macam-macam, akhirnya dia buka kartu. “Gua kena kolesterol, nih!”. Rupanya, dia menderita kelebihan kadar kolesterol alias hiperkolesterolemia. Ia lalu bercerita, seminggu sebelumnya hasil pemeriksaan kesehatannya menunjukkan kadar kolesterol dalam darahnya sudah menembus plafon sehat.

Dokter memang memberinya resep obat, tetapi – tahu sendiri – harganya mahal. Ia hanya menebus resep sekali saja. Sebagai gantinya ia bertanya sana-sini adakah bahan alami berkhasiat obat untuk melawan hiperkolesterolemia, selain mencoba melakukan olahraga dan diet secara teratur.

Celakanya, hiperkolesterolemia termasuk gangguan yang relatif baru diketahui dalam dunia kedokteran. Makanya, tidak dikenal obat tradisionalnya. Kalaupun kemudian diketahui obat alami untuk kondisi ini, sifatnya bukanlah warisan nenek moyang. Untunglah, beberapa penelitian sudah membuktikan adanya sejumlah bahan alami yang bisa dijadikan obat.

Beberapa tanaman yang telah diteliti dan memberi indikasi positif dalam penyembuhan hiperkolesterolemia di antaranya adalah tanaman yang biasa dipakai sebagai bahan sayur dan bumbu dapur. Umpamanya, bawang putih, bawang prei, seledri, temulawak, belimbing wuluh, kunyit, dan teh hijau.

Seperti diketahui, selain bisa dibuat oleh tubuh di dalam hati, kolesterol yang merupakan substansi lemak itu hanya ditemukan dalam bahan makanan hewani. Dua komponen penting dari kolesterol adalah LDL (low-density lipoprotein), yang disebut pula kolesterol “jahat”, dan HDL (high-density lipoprotein) yang disebut kolesterol “baik”.

Sebenarnya, kita hanya perlu sejumlah kecil kolesterol yaitu untuk membuat dan memelihara sel-sel saraf serta untuk membuat hormon. Kalau kadar kolesterol dalam pembuluh darah berlebihan, maka sebagian kolesterol itu akan mengendap. Hal ini memungkinkan terjadinya kalsifikasi atau pengapuran sehingga pembuluh darah tidak elastis lagi. Akibatnya, timbul tekanan darah tinggi.

temulawak.jpg

Temulawak, rimpang yang juga banyak dipakai untuk ramuan jamu.

Keadaan itu dapat membahayakan, terutama bila sampai menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Apalagi pembuluh yang pecah adalah pembuluh darah di otak yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Bila pengapuran terjadi di pembuluh darah jantung, organ vital ini akan kekurangan pasokan darah sehingga kekuatannya berkurang. Kalau aliran darah sampai tersendat, akan terjadi infark jantung yang membuat denyut jantung tidak teratur atau sama sekali tidak kuat. Akibatnya bisa fatal.

Mencegah penggumpalan darah
Untuk mencegah agar tidak mencapai tahap yang fatal, mau tidak mau kadar kolesterol harus dinormalkan dengan menurunkan LDL dan meningkatkan HDL dalam darah. Penelitian menunjukkan, untuk setiap penurunan tingkatan kolesterol 1%, risiko penyakit jantung dikurangi sampai 2%.

bawang.jpg

Pada hewan percoban, sari bawang putih Allium sativum terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol serum dan trigliserida dalam serum darah. Ia juga dapat menaikkan kadar HDL serta meningkatkan aktivitas fibrinolitik. Umbi bawang putih ini pun bisa mencegah terjadinya infiltrasi (penyusupan) lemak, menghambat atau mencegah agregasi platelet (bagian darah yang berperan dalam pembekuan darah), sehingga penggumpalan darah tidak terjadi. Semua ini mencegah terjadinya pengapuran dan akan mencegah terjadinya tekanan darah tinggi serta serangan jantung (koroner). Maka tak salah kalau bawang putih juga dikatakan bersifat antiarteriosklerosis. Percobaan pada manusia lebih berarti untuk pencegahan.

Seluruh bagian tanaman bawang putih mengandung minyak atsiri. Kandungan senyawa itu lebih banyak terdapat di dalam daunnya ketimbang pada umbinya. Sayangnya, bawang putih mengeluarkan aroma menyengat. Untuk menghilangkannya telah dicoba dengan mencampurnya dengan minyak atsiri sirih. Juga telah dicoba dengan menggunakan campuran daun beluntas. Secara in vitro, daun beluntas bisa menghilangkan bau bawang putih, tetapi tidak mempengaruhi potensi bawang putih.

Diperlukan dua siung bawang putih atau sekitar 4 g setiap kali mengkonsumsinya. Umbi putih dengan rasa menyengat ini dikunyah hingga halus baru ditelan. Setelah itu minum air hangat secukupnya. Ini dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari.

Penelitian menggunakan seledri Apium graveolens L. menunjukkan hasil positif pada tikus putih. Kadar kolesterol darah hewan percobaan yang diberi rebusan daun seledri ternyata menurun.

bawang_putih.jpg

Rasa dan aroma bawang putih memang menyengat, tapi demi kesehatan, jangan dipersoalkan.

Di dalam daun seledri terkandung senyawa glukosida, apiin, dan apoil yang memberi aroma khas. Namun, senyawa apa yang berkhasiat menurunkan kadar kolesterol darah belum terungkap.

Bila daun ini dipilih sebagai obat, diperlukan sebatang seledri yang direbus dengan 1 gelas minum air hingga mendidih. Setelah dingin, minumlah air rebusan itu. Dalam sehari cukup minum satu kali.

Terbukti pada hewan percobaan
Begitu pula ekstrak temulawak Curcuma xanthorrhiza dan kunyit Curcuma domestica. Keduanya dapat menurunkan kadar kolesterol darah hewan percobaan. Dengan dosis 6 ml, 8 ml, dan 10 ml, rimpang temulawak dapat menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah kelinci yang mengalami hiperlipidemia. Pada dosis 10 mg, 15 mg, dan 20 mg kurkuminoid temulawak menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida. Khusus pada dosis 20 mg, pengaruh yang diberikan berupa peningkatan HDL-kolesterol darah. Sementara, kunyit mempunyai sifat menurunkan kadar kolesterol pada tikus. Ini berkat kurkumin yang terkandung di dalamnya.

Daun bawang prei (Allium porrum L., A. fistulosum L.) termasuk yang telah diteliti kemampuannya dalam menurunkan hiperkolesterolemia. Dalam penelitian itu, digunakan tikus yang diberi ekstrak daun bawang prei yang jumlahnya setara dengan 10 g bawang daun/kg BB (berat badan)/hari selama 60 hari. Hasilnya ternyata meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol darah tikus. Tapi pada tikus yang dietnya diberi sukrosa, pemberian ekstrak dengan jumlah dan jangka waktu sama ternyata dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol darah.

Buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. yang biasa digunakan sebagai bagian dari bumbu masak atau sayur, terbukti pula menurunkan kadar kolesterol darah. Dari penelitian terbukti, air perasan belimbing wuluh dengan volume 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, dan 2,5 ml secara oral pada tikus putih dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum darahnya.

Sementara pada dosis tertentu, 0,54 g/200 g BB, teh hijau ternyata mampu menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan berat badan tikus putih. Tapi teh hijau tidak mempengaruhi kadar kolesterol HDL.

Tikus yang dietnya diberi sukrosa bawang prei, kadar kolesterol darahnya turun.

Sayangnya, takaran optimal empat bahan obat terakhir untuk menurunkan kadar kolesterol pada manusia belum diketahui. Ini lantaran penelitian belum sampai pada penerapannya bagi manusia. Data empiris pun masih belum ditemukan. Untuk memanfaatkannya, memang perlu percobaan. Yang pasti, semua tanaman tadi dalam penelitian tidak menunjukkan sifat toksik (beracun), sehingga relatif aman untuk dicoba dalam upaya menurunkan kadar kolesterol darah.

Bagaimanapun pengobatan merupakan langkah baik untuk menurunkan kadar kolesterol darah yang telanjur tinggi. Namun, tindakan pencegahan tetap lebih baik. Beberapa patokan sederhana untuk mencegah hiperkolesterolemia di antaranya menambah kadar serat dapat larut dalam diet dengan makan buah-buah, sayuran, kekacangan, dan bebijian; memilih lauk produk daging putih atau ikan; menyingkirkan kulit sebelum memasak ayam; memilih daging tak berlemak dan membuang semua lemak yang ada, serta mengkonsumsi dalam porsi sedang.

Juga membatasi jumlah kacang tanah yang dikonsumsi; membatasi penggunaan mentega, margarin, keju, dan minyak goreng dari kelapa atau kelapa sawit, sebaliknya gunakan minyak bunga matahari, kedelai, kanola, atau minyak zaitun; memilih produk-produk makanan dan minuman yang tanpa atau rendah lemak; dan bila kelebihan bobot badan, sebaiknya lakukan penurunan bobot badan dan olahraga. (Drs. B. Dzulkarnain)

Informasi lebih lanjut bisa ditelusuri di antaranya dalam kepustakaan berikut:

  1. Dirghantara, E. 1994. Efek Ekstrak Sari Seduhan Daun Teh Hijau (Camellia sinensis O. Kuntze.) terhadap Kadar Kolesterol dan Trigliserida Tikus Putih yang Diberi Diet Kuning Telur dan Sukrosa. Jurusan Farmasi, FMIPA UI. Jakarta.
  2. Gunawan, N., 1988. Pengaruh Campuran Ekstrak Bawang Putih dan Daun Beluntas terhadap Kadar Kolesterol Serum Darah Tikus Putih. Fak. Farmasi, UGM. Yogyakarta.
  3. Hutagalung, J.S., 1986. Penelitian Pendahuluan Pengaruh Perasan Belimbing Asam (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Kadar Kolesterol dalam Serum Darah Tikus. Jurusan Biologi, FMIPA Unair. Surabaya.
  4. Idris, N. S., 1990. Penelitian Pendahuluan Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium greaveolens L) terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih. Jurusan Biologi, Unas. Jakarta.
  5. Pramadhia B., 1988. Pengaruh Kurkuminoid dari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap Kolesterol Total, Trigliserida, HDL-kolesterol Darah Kelinci dalam Keadaan Hiperlipidemia. Jurusan Farmasi, FMIPA Unpad. Bandung.
  6. Perry, L. M., Metger, Y., 1980. Medicinal Plants of East Asia and Southeast Asia. The MIT Press. Cambridge, Massachusetts, London.
  7. Yusuf, A., 1988. Pengaruh Ekstrak Eter Bawang Prei (Allium porrum L.) terhadap Kadar Glukosa, Triasilgliserol, dan Kolesterol Plasma Darah Tikus yang Diberi Diet Sukrosa. Jurusan Farmasi, FMIPA UI, Jakarta