Kelahiran ‘Umar bin Abdul Aziz

“Ibu, jika ‘Umar tidak tahu” kata anaknya, “Tuhan ‘Umar pasti tahu. Demi Allah, aku bukanlah orang yang termasuk mematuhinya di depan orang banyak, namun mendurhakainya di waktu sendirian”. Ungkapan dari seorang keturunan Bani Bilal yang dinikahi oleh Ashim, putera ‘Umar bin Khaththab. Dari perkawinan itu, lahirlah Ummu ‘Ashim, yang kemudian dinikahi oleh ‘Abdul ‘Azis bin Marwan. Kelak di kemudian hari, Ummu ‘Ashim melahirkan ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis. “Siapa ini keturunan ‘Umar yang diberi nama ‘Umar dan berperilaku seperti ‘Umar ?” – Kisah Teladan (2)

——————————————————————————————————————————————————————————————-

Gaya ‘Umar Berjalan dan Kemewahan Gaya Hidupnya Sebelum Memegang Khalifah

‘Umar bin Abdul Aziz termasuk pembesar Umawi yang paling mewah gaya hidupnya. Dia makan dan tumbuh dalam kerajaan, tidak mengenal kecuali gaya hidup raja. Wanginya menyengat tercium dari kejauhan, baunya menempel pada jalan yang dilaluinya. Gaya jalannya dikenal dengan gaya jalan ‘Umar. Para gadis belajar cara jalan itu karena indahnya dan ada lenggang kebesaran yang memukau di dalam cara jalannya itu. Ketika memegang khilafah, ia meninggalkan semua yang ada padanya kecuali gaya jalannya karena dia tidak mampu meninggalkannya. Ia sering berkata pada Muzahim (maulanya), “Ingatkanlah aku jika kau melihat aku berjalan”. Muzahim lalu mengingatkannya. ‘Umar berusaha mengubah gaya jalannya, tetapi ia tetap tidak bisa dan akhirnya kembali lagi pada gayanya semula. ‘Umar mengulurkan sarungnya, sampai terkadang sandalnya masuk ke dalamnya; ia membiarkan dan menguraikannya saja dan tidak melepaskannya. Jika salah satu ujung sorbannya lepas dari pundaknya dan ia tidak mengangkatnya, ia biarkan melambai indah. Jika sandalnya putus, ia tidak memperbaikinya, ia buang saja dan tidak dipakainya lagi. Terkadang seorang budak memungutnya. Jika ia tahu, ia akan menghardiknya dan mengecapnya dengan cincinnya yang wangi sampai debu pun akan menjadi wangi ambar. Keadaan mewah ini terus melekat pada diri ‘Umar sampai dia memegang khilafah. Begitu dibaiat menjadi khalifah, ia tinggalkan semua kemewahan hidup, ia hidup zuhud dan menolak dunia.

dikutip dari Biografi
‘Umar bin Abdul Aziz – Penegak Keadilan
penerbit Gema Insani Press