Kisah pemuda pahlawan

(2519) Dari Shuhaib r.a. katanya Rasulullah SAW bercerita,”Pada zaman dahulu ada seorang raja mempunyai seorang tukang sihir. Ketika usia tukang sihir itu bertambah lanjut, dia berkata kepada raja,”Aku sudah tua. Karena itu kirimlah kepadaku seorang pemuda supaya kuajari dia ilmu sihir.”. Maka dikirimlah kepadanya oleh raja seorang pemuda untuk belajar ilmu sihir. Di jalan y ang dilalui si pemuda setiap hari hendak pergi belajar sihir ada seorang pendeta. Si pemuda selalu singgah ke tempat pendeta tersebut dan menyimak ajaran-ajarannya. Ternyata ajaran pendeta tersebut sangat dikagumi si pemuda. Apabila dia terlambat sampai ke tempat tukang sihir, dia dipukul oleh tukang sihir. Hal itu diadukannya kepada pendeta. Kata pendeta,”Jika engkau takut dimarahi tukang sihir, katakan kepadanya bahwa engkau terlambat karena halangan keluarga. Dan jika engkau takut dimarahi keluargamu, katakan bahwa engkau terlambat pulang karena tukang sihir.”. Sementara keadaan berjalan demikian rupa,
pada suatu hari muncul seekor binatang besar menghambat orang banyak lalu lintas di jalan raya. Kata si pemuda,”Hari ini aku harus tahu, mana yang lebih ampuh ilmu tukang sihir dengan ilmu pendeta.”. Maka diambilnya batu lalu dia mendoa,”Wahai Allah ! Jika ilmu pendeta yang lebih Engkau sukai dari ilmu tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini supaya orang banyak dapat lewat.”. Lalu dilemparnya binatang itu dan mati seketika itu juga, sehingga orang banyak dapat lewat. Si pemuda datang kepada pendeta meneceritakan peristiwa yang baru dialaminya. Kata pendeta,”Hai anakku ! Mulai hari ini ternyata engkau lebih unggul daripadaku. Engkau telah mencapai sasaran yang kuduga. Tetapi engkau akan mendapat ujian. Jika engkau diuji, janganlah engkau mengatakan bahwa aku gurumu. Si pemuda sudah pandai mengobati orang bisu, mengobati penyakit kusta, dan mengobati berbagai penyakit orang banyak. Hal itu terdengar oleh seorang menteri raja yang buta matanya. Maka didatangi si pemuda dengan
membawa berbagai hadiah yang banyak. Katanya,”Jika engkau dapat menyembuhkan dari kebutaan, maka hadiah-hadiah ini kuberikan kepadamu.”. Jawab pemuda,”Aku tidak dapat menyembuhkan seseorang. Yang menyembuhkan sesungguhnya hanya Allah. Jika anda mau iman kepada Allah, aku akan mendoa semoga Dia berkenan menyembuhkan anda.”, Maka imanlah dia kepada Allah, lalu Allah Ta’ala menyembuhkannya. Kemudian menteri raja datang ke majlis raja sebagaimana biasa. Sang raja bertanya kepadanya,”Siapa yang mengembalikan penglihatanmu?”. Jawab menteri,”Tuhanku !”. Titah raja,”Engkau punya Tuhan selain aku ?”. Jawab menteri,”Tuhanku dan Tuhan anda ialah Allah!”. Maka disiksanya menteri tersebut, sehingga dia terpaksa menunjukkan pemuda yang mengobatinya. Maka digiringlah si pemuda ke hadapan raja. Titah raja,”Hai anakku ! Sungguh hebat ilmu sihirmu. Engkau dapat menyembuhkan orang buta, menyembuhkan penderita kusta, dan engkau telah berjasa begini dan begitu”. Jawab pemuda,”Aku tidak dapat me nyembuhkan siapapun. Sesungguhnya yang menyembuhkan hanya Allah Ta’ala semata-mata”. Maka disiksanya si pemuda sehingga dia terpaksa menunjukkan pendeta. Maka digiring pula pendeta ke hadapan raja.Titah raja,”Keluarlah (murtadlah) dari agamamu !.. Pendeta menolak perintah raja tersebut. Raja memerintahkan suspaya mengambil gergaji dan diletakkan di tengah-tengah kepada pendeta. Lalu dibelah kepalanya sehingga kedua belahannya jatuh. Kemudian dihadapkan pula menteri raja. Maka diperintahkan kepadanya,”Keluarlah (murtadlah) kamu dari agamamu !”. Menteri raja menolak. Maka diletakkan gerjagi di tengah-tengah kepalanya, lalu dibelah sehingga kepalanya jatuh. Kemudian dihadapkan si pemuda. Maka diperintahkan pula kepadanya,”Keluarlah kamu dari agamamu !”. Tetapi sipemuda menolak. Lalu dia serahkan kepada pengawal raja. Titah raja,”Bawa dia ke puncak-puncak gunung. Sampai di sana, jika dia mau keluar dari agamanya, jangan diapa-apakan. Tetapi jika dia menolak, lemparkan ke jurang yang dalam. Maka berangkatlah mereka membawa si pemuda ke puncak gunung. Sementara itu si pemuda mendoa,”Wahai Allah, selamatkanlah aku dari kejahatan mereka dengan cara apa saja yang Engkau kehendaki”. Maka bergoncanglah (gempa) gunung, sehingga para pengawal raja jatuh semuanya ke jurang. Dan si pemuda pulang kembali ke istana raja dengan berjalan kaki. Raja bertanya,”Mana para pengawal, apa yan terjadi dengan mereka ?”. Jawab pemuda,”Allah menyelamatkan dari kejahatan mereka”. Maka diserahkannya pemuda kepada pengawal yang lain dengan titahnya,”Bawa dia dengan perahu ke tengah-tengah laut. Jika dia mau keluar dari agamanya, biarkan dia. Tetapi jika dia menolak, lemparkan dia ke laut. Maka berangkatlah mereka membawa si pemuda. Si pemuda mendoa,”Wahai Allah ! Selamatkanlah aku dari kejahatan mereka dengan cara bagaimanapun Engkau kehendaki”. Maka terbaliklah perahu mereka sehingga para pengawal tenggelam semuanya. Si pemuda pulang kembali ke istana raja dengan berjalan kak i. Tanya raja,”Kemana para pengawal, apa yang terjadi ?”. Jawab pemuda,”Allah melindungiku dari kejahatan mereka”. Kata pemuda kepada raja,”Anda tidak akan dapat membunuhku sebelum anda lakukan perintahku”. Tanya raja,”Apa itu ?”. Jawab pemuda,”Kumpulkan seluruh rakyat di suatu lapangan. Lalu salib aku di situ pada sebatang pohon. Kemudia ambil anak panah dari tempat panahku dan letakkan di busur dengan membaca : Bismillahi rabbil ghulam (Dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini). Sesudah itu panahlah aku. Bila anda lakukan seperti itu maka anda akan berhasil membunuhku”. Maka dikumpulkannyalah seluruh rakyat di suatu lapangan. Lalu disalibnya si pemuda pada sebatang pohon. Kemudian diambilnya panah lalu dipasangnya pada busur dengan membaca ” Bismillahi rabbil ghulam. Maka dipanahnyalah si pemuda, kena pelipisnya. Si pemuda meletakkan tangannya di tempat yang kenap panah lalu dia tewas. Maka berkata orang banyak,”Kami iman dengan Tuhan si pemuda ! Kami iman dengan Tuhan si pemud a ! Kami iman dengan Tuhan si pemuda !”. Pernyataan rakyat tersebut dikabarkan orang kepada raja. Kata mereka,”Tahukah anda, bahwa apa yang anda takutkan selama ini sungguh telah terjadi. Rakyat telah menyatakan iman kepada Allah”. Maka diperintahkan oleh raja supaya membuat parit di pintu-pintu jalan utama. Lalu dibuat orang parit yang di dalamnya dinyalakan api. Titah raja,”Siapa yang tidak keluar dari agamanya, lemparkan dan bakar mereka ke dalam parit”. Maka dilaksanakanlah perintah raja tersebut. Pada giliran seorang wanita yang sedang menggendong bayi, wanita itu mundur maju akan masuk ke dalam parit. Maka berkata bayinya,”Wahai ibu ! Tabahkanlah hati ibu, karena ibu berada dalam kebenaran”.

*******************************************************

TERJEMAH HADITS SHAHIH MUSLIM I -IV

Judul : Terjemahan Hadits “Shahih Muslim”

Penterjemah : Ma’mur Daud

Pentashih : Syekh H. Abd. Syukur Rahimy

Penerbit : Fa. Widjaya, Jakarta

Cetakan kelima, 2003