Suatu ketika, Abulaswad ad-Duali bertengkar dengan isterinya.
Demikian hebatnya pertengkaran itu, sampai-sampai berakhir dengan perceraian. Lalu masing-masing menuntut hak untuk mengasuh anak tunggal mereka yang masih kecil.

Ketika itu, Gubernur Basrah dijabat oleh Ziyad bin Abih. Biasanya, gubernurlah yang bertindak sebagai hakim untuk memutuskan perkara.
Namun, untuk menyelesaikan konflik mereka, Abulaswad ad-Duali dan isterinya memilih menghadap Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan.
Dihadapan Khalifah, isteri Abulaswad, Ummu ‘Auf, mengadu, “Dia ingin mengambil hak aku berkenaan dengan pemeliharaan anakku.
Sedangkan perutku adalah tempat pertumbuhannya, payudaraku adalah sumber minuman baginya, dan pangkuanku adalah tempat persemayamannya.”
Abulaswad tak mau kalah, ia menjawab, ” Hanya dengan menyebut semua itu kamu ingin merebut dan menguasai anakku? Akulah yang pertama mengembannya sebelum kamu mengembannya. Aku yang meletakkan benihnya sebelum kamu melahirkannya, dan aku memberinya makan lebih banyak daripada yang engkau berikan.”
Ummu ‘Auf menyanggah lagi, ” Benar, tapi kamu mengembannya dengan ringan.
sedangkan aku mengembannya dengan berat. Kamu meletakkan ke rahimku dengan syahwat, sedangkan aku melahirkannya dengan susah payah. Dan kamu memberinya makanan dari hartamu, sedangkan aku memberinya makanan dari darahku.”

Setelah mempertimbangkan baik-baik, Khalifah Muawiyah memutuskan bahwa anak itu diserahkan kepada ibunya – Ummu ‘Auf.