Termasuk kecintaan kita kepada RasuluLLah shalAllaahu ‘alaihi wassalam jika kita mencintai para sahabatnya radhiAllaahu anhuma dan menghormati mereka. Kita menjaga lisan kita dari membicarakan salah satu dari mereka, karena merekalah yang membantu dan membela dakwah Rasul, dengan mengorbankan harta dan jiwa mereka dalam membela Islam.

Firman Alloh :

Artinya:”.Tidak sama diantara kamu orang yang menafkahkan hartanya dan berperang sebelum penaklukan Makkah. Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan hartanya dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka balasan yang lebih baik.” (Q.S. Al-Hadid : 10)

Bagaimana mungkin seorang muslim tidak mencintai dan mengagungkan para sahabat Rasul, padahal Allah telah memuji mereka dalam Al-Qur’an dengan pujian yang baik dan abadi, sebagai berikut :

Artinya :

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam di antara orang-orang muhajirin dan anshor dan orang-orang yang mengiktui mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (Q.S. At_Taubah:100)

Artinya :

“Juga bagi para fuqaha yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka karena mencari karunia dari Allah dan mereka yang menolong Allah dan rasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang menempati kota madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum kedatangan mereka (muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka yang tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (muhajirin); dan mereka yang mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan apa yang mereka berikan itu, dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Hasyr:8-9)

Kitab-kitab juga menyebutkan keutamaan para sahabat rasul, ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus, diantaranya apa yang disebut dalam kitab Shahih Muslim dalam bab “Larangan mencaci para sahabat Nabi dan keutamaan mereka atas generasi berikutnya”, antara lain:RasuluLLah shalAllaahu ‘alaihi wasalam bersabda:”Janganlah kamu sekalian mencela para sahabatku dan janganlah kamu sekalian mencela para sahabatku, demi jiwaku yang ada dalam kekuasaanNya, seandainya salah seorang dari kamu menafkahkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan mencapai satu mud-pun dari kebaikan salah satu dari mereka, apalagi separuh kebaikan mereka”.

Hadis tersebut mengatakan dengan tegas tentang haramnya menghina para sahabat manapun dari sahabat Rasul, terutama para sahabat yang selalu menyertainya.

Hadis tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar antara lain:

RasuluLLah shalAllaahu ‘alaihi wassalam bersabda :” Sesungguhnya orang yang paling setia menemaniku adalah Abu Bakar, andaikata aku mau mengambil seorang khalil (teman setia), niscaya Abu Bakar menjadi khalilku, namun dia hanya sebagai saudara sesama muslim. Di Masjid Nabawi tidak ada lagi satu ruangan selain ruangan Abu Bakar”. (Muttafaq ‘alaih)

Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Usman : Saya mendapat khabar dari Amr bin Ash bahwa RasuluLLah shalAllaahu ‘alaihi wasalam mengutusnya dalam peperangan Al Salasil, lalu aku mendatanginya dan bertanya :”Siapa orang yang paling engkau cintai?”, beliau menjawab “‘Aisyah”, saya bertanya lagi “Dari kaum lelaki?” Beliau menjawab :”Ayahnya”. Aku bertanya kembali:”kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab “Umar”, maka beliau menyebutkan nama sahabat yang lainnya setelah Umar.

Imam Muslim juga meriwayatkan dari Ibn Abbas radhiAllohu anhu, ia berkata : Jenazah Umar bin Al Khaththab diletakkan diatas tempat tidurnya (setelah wafat karena terbunuh), lalu dikerumuni umat manusia yang mendoakan, memuji, dan menshalatinya sebelum jenazahnya diusung. Saya (Ibn Abbas) berada diantara mereka dan saya dikejutkan oleh seorang yang memegang pundakku dari belakang, maka aku menoleh ternyata dia adalah Ali. Beliau merasa iba terhadap Umar lalu berkata (kepada jenazah Umar) : “Kamu tidak meninggalkan seorangpun yang lebih dicintai daripada berjumpa dengan Allah dan orang yang beramal seperti amalmu. Demi Allah ! Kalau menurut perkiraanku, Allah pasti akan menjadikanmu seperti kedua sahabatmu (Nabi dan Abu Bakar), karena saya sering mendengar beliau (Nabi shalAllaahu ‘alaihi wasalam) bersabda: “Saya, Abu Bakar dan Umar datang.. Saya, Abu Bakar dan Umar masuk. Saya, Abu Bakar dan Umar keluar…”, Jadi, kalau saya mengira dan saya berharap, kamu akan ditempatkan bersama mereka berdua.”

Hadis-hadis yang berisi tentang keutamaan Usman radhiAllaahu anhu, Ali radhiAllaahu anhu dan sahabat lainnya secara khusus juga ada, disamping hadits-hadits yang bersifat umum, juga ada hadits yang melarang mencaci apalagi menghardik sahabat, terutama sepuluh sahabat Nabi yang dikabarkan pasti masuk surga, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Daud dari al Sahabi, Sa’id bin Zaid; mereka adalah :

1.. Abu Bakar

2.. Umar

3.. Usman

4.. Ali

5.. Talhah

6.. Al Zuber

7.. Sa’ad bin Malik

8.. Abdurrahman bin Auf

9.. ‘Ubaidah bin Aljarrah

10.. Sa’id bin Zaid

radhiAllaahu anhuma

Maka kedudukan mana lagi yang lebih mulia dari kedudukan mereka di sisi Tuhannya? Sabda RasuluLLah shalAllaahu alaihi wasalam pasti benarnya !

MAKA, ADALAH MERUPAKAN HAL YANG MUSTAHIL DAN DITOLAK OLEH AKAL SEHAT BILA ADA ORANG YANG MENGAKU BERIMAN DAN CINTA KEPADA RASULULLAH SHALALLAAHU ALAIHI WASALAM, TETAPI DIA TIDAK MENGAKUI APA YANG DITETAPKAN OLEH BELIAU TENTANG KEUTAMAAN PARA SAHABAT. SEBAB CINTA KEPADA RASULULLAH SHALALLAAHU ALAIHI WASALAM, BERARTI KITA MENCINTAI ORANG-ORANG YANG MENDUKUNG, MEMBELA DAN BERKORBAN UNTUK KESUKSESAN DAKWAHNYA. KITA DIAKUI SEBAGAI SEORANG MUSLIM KALAU KITA MENCINTAI MEREKA DAN MENCINTAI RASULULLAH SHALALLAAHU ALAIHI WASALAM DAN DAKWAHNYA !!

Ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al Tijari dan Abu Daud dari Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, dia menuturkan : Saya bertanya kepada ayahku (Ali bin Abi Thalib):”Yaa Abi, siapa manusia terbaik setelah RasuluLLah shalAllaahu alaihi wasalam?” Ayahku menjawab:”orang yang terbaik setelah beliau adalah Abu Bakar”. Saya bertanya lagi :”Kemudian siapa lagi yaa Abi?”. Beliau menjawab:”Umar adalah yang terbaik setelah Abu Bakar”. Kemudian saya takut untuk bertanya, siapa lagi, sampai akhirnya beliau berkata:”Usman”. Saya bertanya lagi:”Lalu engkau yaa Abi?” Beliau menjawab:”Saya hanyalah seorang Islam biasa”

Imam Ja’far As-Shadiq rahimahuLLah menuturkan bahwa ada seorang lelaki quraisy menghadap kepada Ali radhiAllaahu anhu (pada masa pemerintahannya), lalu berkata : “Ya Amiral mu’minin, saya baru saja mendengar khutbahmu :”Yaa Allah, anugerahilah kami kesejahteraan seperti Engkau telah memberi kesejahteraan kepada khulafa Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk”. Siapakah mereka?” Kedua bola mata Ali radhiAllaahu anhu berkaca-kaca lalu menangis tersedu-sedu, kemudian berkata:”Mereka adalah dua kekasihku dan masih pamanmu, yaitu Abu Bakar dan Umar, pemberi petunjuk dan pemuka Islam, penunjuk jalan kebenaran sesudah RasuluLLah shalAllaahu alaihi wasalam. Barangsiapa mengikutinya, niscaya selamat, dan siapa yang mengikuti jalan hidup mereka niscaya berada dijalan yang benar, dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada keduanya, niscaya dia menjadi pasukan Allah. Hanya pasukan Allahlah yang bahagia”.

Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib rahimahuLLah ditanya oleh seseorang :”Apakah mencintai Abu Bakar dan Umar itu sunnat?” Beliau menjawab :”Tidak ! melainkan Wajib ! “.

Muhammad Al-Baqir bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib berkata:”Barangsiapa yang tidak mengetahui keutamaan Abu Bakar dan Umar berarti dia tidak mengetahui hadits”

Dikutip dari buku karya DR Abdul Mun’im Al-Nimr