Istilah ‘Buerger’ mengingatkan kita pada ‘Hamburger’, makanan siap saji yang nyami. ‘Buerger’ yang satu inipun nyami, tetapi bukan untuk pengidapnya, melainkan untuk bakteri-bakteri yang ‘memancing dalam kekeruhan’ dengan menggrogoti kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Penyakit Buerger, pertama kali dilaporkan oleh Felix von Winiwarter dalam tahun 1897 di Austria. Namun berkat penelitian Leo Buerger dari rumah sakit Mount Sinai New York City, baru dalam tahun 1908, secara jelas dunia kedokteran dapat menjabarkan proses terjadinya gejala-gejala (pathophysiology) Beurger Disease.

Pathophysiology dan Penyebabnya

Gejala-gejala timbul akibat kurangnya darah yang mengaliri ujung jari-jari kaki dan tangan karena penyempitan pembuluh darah. Tidak seperti pada penyempitan pembuluh darah koroner jantung, penyempitan tersebut disebabkan oleh keradangan dinding pembuluh darah. Oleh karenanya, nama ilmiah penyakit ini adalah: ‘pembutuan pembuluh darah akibat keradangan’ (thromboangiitis obliterans).
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Seperti halnya dengan penyakit-penyakit lain yang belum diketahui penyebabnya, dunia kedokteran selalu mencari ‘kambing hitam’ dengan menuding genetika atau reaksi kekebalan tubuh yang salah target (auto immune disease) sebagai arsiteknya.

Namun pada penyakit Buerger, yang jelas, semua pasien sangat akrab dengan tembakau. Merokok, menyusur, mengisap asap rokok secara tak lansung (second-hand smoker), bahkan kontak sehari-hari dengan tembakau tanpa mengkonsumsinya, bila ‘memiliki bakat’, sudah cukup untuk mengundang penyakit Buerger.
Berdasar fakta di atas, dunia kedokteran memandang tembakau sebagai penyebab utama penyakit Buerger. Salah satu zat kimia tembakau yang dipandang sangat berperan dalam proses penyempitan pembuluh darah adalah nikotin.

Gejala-Gejala

Kita dapat merasakan gejala-gejala penyakit ini dengan melilitkan karet secara perlahan-lahan pada ujung jari. Pada awalnya terasa sesemutan yang kemudian disusul dengan rasa kebal / mati rasa. Bila lilitan karet kita kencangkan, mulailah terasa nyeri yang terus meningkat sejalan dengan kuatnya lilitan. Warna kulit ujung jari dari merah muda juga berubah menjadi kebiru-biruan. Progresivitas gejala melaju secara cepat bila jari yang kita ‘siksa’ kita gerak-gerakan atau rendam dalam air es. Semua gejala di atas adalah gambaran nyata yang dirasakan setiap pengidap Buerger.

Rasa sakit yang hebat membuat pasien tidak lagi memperhatikan hygiene pribadi. Dokter dengan mudah membuat diagnosa berdasar kusutnya rambut dan cara duduk pasien. Posisi khas pasien penyakit Buerger adalah: duduk dengan menekuk lutut sambil memegangi bagian yang nyeri seperti terilustrasi pada makalah ini.

Puncak dari pembutuan pembuluh darah adalah matinya sel-sel kulit dan jaringan sekitarnya. Kematian sel-sel tersebut membuat kulit menjadi hitam, timbul luka-luka berbau busuk yang sukar kalau tidak dapat dikatakan tak mungkin disembuhkan. Keadaan ini dalam dunia kedokteran disebut: ‘Gangrene’. Gangrene atau kematian jaringan adalah lahan pesta pora bakteri-bakteri. Bila stadium ini tidak di atasi dengan cepat, dapat terjadi keracunan darah yang menimbulkan kematian.

Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan / pengobatan dapat di bagi dalam tiga katagori.
Pertama: perubahan gaya hidup, kedua: pengobatan masa kini, dan ketiga: harapan pengobatan masa depan.
Perubahan gaya hidup yang mutlak harus dilakukan adalah membebaskan diri dari kontak dengan tembakau dalam segala bentuk dan caranya. Lepas merokok, menyusur, hidup dalam lingkungan bebas asap rokok dan menghindari kontak dengan tembakau.

Pengobatan saat ini adalah: pemakaian obat-obatan untuk melebarkan pembuluh darah, menekan proses pembekuan darah (seperti Aspirin) dan penghilang rasa nyeri. Untuk melancarkan peredaran tungkai-lengan bawah di gunakan alat pemijat yang secara beraturan menekan dan melepas otot-otot tungkai-lengan. Tungkai-lengan bawah yang membusuk (gangrene) terpaksa harus dipotong (amputasi).

Bila semua cara-cara di atas tidak efektif, dokter mempertimbangkan tindakan pembedahan ringan. Di bawah pembiusan local, dibuat sayatan pada daerah tulang belakang. Melalui sayatan ini disisipkan mini konduktor (lead) ke bawah lapisan terluar pembungkus tulang belakang (duramater). Lead kemudian dihubungkan dengan pembangkit aliran listrik lemah (implanted pulse generator – IPS) yang dapat ditanam di bawah kulit atau di letakkan di luar tubuh.

Alat ini disebut: Spinal Cord Stimulator – SCS, atau ‘pain pacemaker.’. SCS akan menghambat rangsangan nyeri atau melebarkan pembuluh darah. Pada bedah tulang belakang yang gagal untuk menghilangkan rasa nyeri, SCS memblokir rangsangan nyeri dari sumsum tulang ke otak. Sedangkan pada penyakit Buerger, SCS melalui sumsum tulang belakang mengirim rangsangan listrik ke pusat otak yang mengatur pelebaran pembuluh darah. Sebagai makalah kesehatan populer, bahasan tentang komplikasi dan kontra-indikasi SCS berada di luar jangkauannya. Kedua hal tersebut memerlukan diskusi mendalam antara dokter dan pasien.

Hal yang memprihatinkan, penyakit ini terutama menyerang kawula muda yang berusia antara 20-40 tahun. Pria lebih banyak terserang dari pada kaum wanita. Namun para pengidap penyakit Buerger tidak perlu berkecil hati. Penelitian-penelitian terus dipacu untuk mengatasi penyakit ini antaranya:
• Bedah saraf untuk memblokir rasa nyeri dan melebarkan pembuluh darah
• Rangsangan pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah setempat (kolateral)
• Penelitian obat baru Bosentan (Tracleer), obat untuk mengatasi hipertensi pembuluh darah paru-paru, yang tampaknya mampu memperbaiki peredaran darah kecil seperti ujung-ujung jari kaki dan tangan
• Pemasangan stent / kateter pembuluh darah yang buntu, disebut : Endovascular Therapy.

Selama matahari bersinar, kita harus imani bahwa Tuhan akan senantiasa melimpahkan hikmah-hikmah ilmiah-Nya kepada para sarjana kita.

Oleh Dr. Poew Tjoen Tik, MPH*

*Purnawirawan Research Associate University of Oklahoma
– Alumni FK Unair –
berdomisili di Texas – USA