Suatu malam sepulang kerja, seorang eksekutif muda iseng-iseng memeriksa
laci tempat istrinya menyimpan pakaian dalam. Dibalik tumpukan bra dan
celana dalam, ia menemukan sebuah kantong kain yang didalamnya terdapat
2 biji kacang ijo dan duit sejumlah 100 ribu rupiah. Penasaran, akhirnya sang
eksekutif menghampiri istrinya dan bertanya, “Mam, ini bungkusan untuk apa?
Kok di dalamnya ada uang sama kacang ijo 2 biji?”
Sang istri, tiba-tiba terisak menirukan tangis bintang sinetron di TV
swasta , menjawab, “Pah, (ihik) jangan marah ya (ihik). Aku mau minta maaf
dulu sama kamu, tapi kamu janji dulu jangan marah ya.. (ihik..ihik..)”
Melihat sang istri menangis tersedu dan tak punya gambaran sama sekali
mengenai fungsi bungkusan itu, akhirnya sang suami menjawab sambil
pura-pura tegas, “Baik Mam, aku janji nggak akan marah, tapi kamu harus
jujur ya!”.
Sang istri, masih terisak, berkata, “Begini loh Pah (ihik), kira-kira 3
tahun lalu (ihik), aku mengkhianati perkawinan kita pak (ihik..ihik..),
aku .. aku pernah berselingkuh sama laki-laki lain bekas teman sekolahku
dulu (ihik..ihik..) .. sama teman kuliahku … sama teman sekantorku …
juga sama teman kenalan di Cafe” .. (ihik .. ihik) ..

Hampir saja si eksekutif muda itu berang mendengarnya, namun karena sudah
berjanji untuk tidak marah, akhirnya ia berusaha menahan diri dan bertanya,
“Apa? berselingkuh?! lalu apa hubungannya dengan kacang ijo itu?”
Kepalang basah, si istri yang jalang itu menjawab, “Sebenarnya, (ihik) aku
sangat merasa bersalah setiap kali melakukan perselingkuhan itu, Pah (ihik)
tapi aku terpaksa karena Papah selalu pulang larut malam. Jadi untuk setiap
laki-laki yang tidur sama aku (ihik), aku simpan sebutir kacang ijo di
dalam kantong itu. Maafkan aku, Pah … (ihik..ihik..)”

Si eksekutif muda itu terdiam sejenak sambil berkata dalam hati, ‘Hmm…
sialan nih bini gue!, untung kacang ijonya cuma 2 biji… ya udah dimaafin
aja deh. Lagian kalo marahan lama-lama, bisa gak kebagian jatah nih ntar
malam ..’

Akhirnya ia memutuskan untuk memaafkan istrinya dan berkata, “Baiklah Mam,
aku maafkan. Oh ya, lalu itu duit 100 ribu dari mana?” “Ooh itu…, Kalau
kacang ijonya sudah sampai berkilo-kilo, saya suruh si Inem bawa ke pasar
untuk dijual. Nah duitnya hasil penjualan kacang ijo itu.”

(Gubrak!) si suami jatuh pingsan.