Kai Lühr kini telah menjadi seorang muslim taat. Dokter asli Jerman berusia 46 tahun ini bersama isterinya, Catherine Lühr, merupakan dua di antara ribuan orang di Jerman yang baru memeluk Islam. Selain itu, ada pula Nils von Bergner, seorang pengacara berumur 36 tahun yang tinggal di kota Hamburg, Jerman, yang juga telah menemukan Islam sebagai jalan hidupnya.
Kedua orang ini mewakili masyarakat Jerman dari kalangan menengah ke atas yang menemukan kebenaran Islam. Mereka menjalankan Islam sebaik-baiknya, termasuk sholat lima waktu, meskipun dengan menggelar sajadah di ruangan kerja mereka. Kedua orang ini sempat menjadi buah bibir media massa cetak maupun televisi yang mengulas fenomena yang tak terduga ini di Jerman, di mana Islam tidak jarang digambarkan oleh media massa sebagai teroris, fundamentalis serta beragam gambaran buruk lainnya.
Sebagaimana diberitakan harian Hamburger Abendblatt terbitan 29 Januari 2007, di seluruh Jerman dalam rentang waktu Juli 2005 – Juni
2006 terdapat sekitar 4000 orang yang masuk Islam. Sebanyak 17.200 warga Jerman, yang masuk Islam setelah sebelumnya menganut Nasrani, saat ini tinggal di Jerman. Demikian hasil penelitian yang dilakukan lembaga “Das Islam-Archiv” atas permintaan kementrian dalam negeri pemerintah federal Jerman.

Islam: masuk akal dan memiliki arahan yang jelas Fakta bahwa para muallaf datang dari kalangan berpendidikan dan intelektual seperti dokter Kai Lühr dan pengacara Nils von Bergner mengisyaratkan satu hal: Islam adalah agama yang dapat diterima akal.
Demikianlah yang dituturkan Kai Lühr sebagaimana disiarkan stasiun televisi 3Sat: “Islam adalah agama pertama, yang menurut saya memiliki penjelasan yang pasti dan masuk akal tentang masalah ketuhanan.”
Ia menambahkan, “Islam bermakna penyerahan diri kepada satu Tuhan. Dan Muslim bermakna menghamba kepada Tuhan yang Esa ini.”
Lain halnya dengan Nils von Bergner, satu dari lebih dari 350 warga Hamburg yang masuk Islam di tahun 2005. Dia punya cerita lain tentang perjalanannya menuju Islam, sebagaimana kisahnya kepada stasiun televisi NDR yang disiarkan 26 Maret 2007.

Ia mengaku sebagai orang
yang senantiasa mengimani Tuhan, dan beribadah kepadaNya. “Namun di satu sisi saya tidak merasa bahagia, saya selalu memiliki perasaan bahwa saya membalas kebaikan Tuhan terlalu sedikit,” katanya saat mengisahkan masa lalu perjalanannya menuju Islam. “Dan itulah alasan kenapa saya pernah bertutur, bahwa jika sudah memeluk Islam, saya benar-benar ingin lima kali sehari mengingat dan memanjatkan doa dan mendapatkan kesempatan untuk berterimakasih kepada Tuhan.”
Sebenarnya bisa saja ia tetap beragama Kristen dan melakukan ibadah.
Namun ternyata tidaklah demikian. Ia melanjutkan kisahnya, “Ketika seseorang mempelajari Al Quran dan berkata, saya meyakininya sebagai Firman Tuhan, maka, setidaknya menurut pandangan saya, konsekuensi logisnya berarti: Saya menerima Islam. Jadi bagi saya aneh untuk
berkata: Saya percaya bahwa Al Quran itu asli, tapi saya tetap memeluk Kristen. Ini menurut saya tidak benar.”

Aturan dan arahan yang jelas dalam Islam menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pemeluk Nasrani Jerman. Hal ini diamini oleh Nils.
“Ajaran dasar sopan santun dan akhlaq dalam Islam dan Kristen adalah sama. Agama saya sekarang sekedar lebih lengkap. Kini saya memiliki perasaan hubungan yang semakin dekat dengan Tuhan”, tuturnya kepada harian Hamburger Abendblatt yang juga memaparkan niatan Nils berniat untuk melaksanakan ibadah Haji ke Mekkah di suatu hari nanti.
(ah,koresponden Majalah Al Falah di Eropa)