“Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dantidak akan memberi manfaat sesuatu syafa’at kepadanya dan tidak(pula) mereka akan ditolong.” (QS. 2:123)

Mengamati kehidupan masyarakat di sekeliling kita akan terlihat, begitu banyak ornag yang merasa takut dan cemas dalam menghadapi masalah hidup ini. tidak hanya mereka yang sulit mencari rupiah, kepada yang sudah mapanpun, penyakit takut menghinggapi dengan sangat luasnya.
Perasaan takut dan cemas memang bisa menjalar kemana-mana. juga kepada orang yang kaya atau miskin, pintar atau bodoh, orang terhormat atau yang tersingkir dalam kelompaok sosial, dan sebagainya.
Singkatnya, perasaan takut, khawatir atau cemas memang memang sewaktu-waktu datang menyerang siapa saja dan kapan saja. ia tidak pilih kasih. hampir semua manusia mersakannya. Sumber kecemasan sebenarnya tidaklah jauh. ia ada dalam diri manusia itu sendiri, yaitu hati. Rasa cemas muncul karena adanya khawatiran terhadaap sesuatu yang tidak diinginkan. Rasa cemas tidak muncul jka seorang tidak melihat adanya tanda-tanda sesuatu yang ditakutkan.
Contohnya jika ada orang yang takut miskin; maka ia akan cemas jika diberitahu bahwa akan ada sekawanan perampok yang akan masuk kerumahnya. Orang yang takut sakit atau orang yang tidak mau mengalaminya akan merasa cemas jika gejala-gejala sakit mendatanginya. Pemuda yang takut ditinggalkan kekasihnya akan merasa cemas jika perbuatan buruknya diketahui oleh kekasihnya. Sebab perbuatan tersebut akan menyebabkan kekasihnya marah dan tidak akan menyukainya lalu meninggalkannya. Itulah sebagian alasan duniawi yang menyebabkan banyak orang mengalami kecemasan dan ketakutan, dan juga kesedihan.
Adapun hal-hal yang membuat takut karena alasan akhirat adalah seperti yang diberitakan Al-Qur’an, misalnya: orang yang takut terhadap siksa neraka akan merasa cemas jika melakukan perbuatan yang menyebabkan orang takut di siksa. Orang yang takut dimurkai dan dibenci Allah akan merasa cemas jika melakukan perbuatan yang tidak disukai-Nya. Orang yang takut tersesat dalam ibadahnya akan merasa cemas jika amal-amalnya tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Rasul-Nya.

Berdasarkan kedua alasan diatas, maka alasan duniawi sebenarnya tidak dapat dijadikan alasan yang dibenarkan oleh orang beriman. Segala kenikmatan dan keindahan yang dicari dan dinikmati di dunia ini pada umumnya tidak langgeng, cepat atau lambat pasti akan lenyap. Demikian pula kesulitan, kesusahan, kejahatan mahluk. Bagi setiap mukmin, semua tidak membuatnya sedih, takut atau putus asa. Sebab mereka meyakini, semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.
tentang kedudukan atau jabatan, Allah-lah yang berhak meninggikan dan menurunkan. Masalah kekayaan dan jatah rezki, Allahlah yang mengatur dan menyapaikan rezki mahluk-Nya. Sehat dan sakit, Allahlah yang menentukannya. terhadap kejahatan Allah lah yang menguasai gerak langkah dan ubun-ubun kepala mereka. Keyakinan seperti ituklah yang dimiliki orang-orang beriman yang dipuji Allah SWT: “Tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 262)
Sesuguhnya yang seharusnya kita takutkan dan kita cemaskan adalah nasib kita di akhirat. Apakah kita sudah yakin bahwa kita akan mendapatkan surga-Nya kelak? Bagaimana jika sebelumnya disiksa terlebih dahulu? Apakah kita mampu menerima pedihnya siksa neraka?

Allah adalah Yang Maha Benar. dan janji-Nya adalah benar. Dia telah berjanji: “Sesuguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan. Dan sesuguhnya orang-orang yang durhaka berada dalam neraka.” (QS. Al Infithar : 13-14) Jika demikian halnya lalu mengapa kita masih saja menuruti kemalasan dan panjang angan-angan ? apakah kita akan menjadi orang yang meremehkan janji Allah, dan menganggap hal itu sebagai angin lalu saja?

Wallahu A’lam