sp/luther ulag

Artis Sandra Dewi sedang memeriksakan tekanan darahnya. Tekanan darah hendaknya diperiksa secara berkala untuk menghindari hipertensi (darah tinggi).

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sese-orang melebihi batas normal. Secara umum, nilai normal tekanan darah sistolik (nilai atas) 120 mm Hg dan distolik (nilai bawah) 80 mm Hg. Seseorang disebut menderita hipertensi bila mempunyai tekanan darah 140/90 atau lebih dari itu. Namun, tekanan darah itu tidak mempunyai nilai yang baku bergantung pada aktivitas fisik dan usia seseorang. Meski belum ada data terbaru jumlah penderita penyakit ganas ini, kenyataan membuktikan hipertensi sudah menjadi epidemi di zaman modern ini menggantikan wabah kolera dan tuberkulosis (TB) di zaman dulu.

Dokter Indra Manullang, Spesialis Siloam Hospitals Cikarang mengatakan, bila seseorang mengalami darah tinggi, namun tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara rutin, dapat menyebabkan kematian. Menurutnya, hipertensi termasuk penyakit yang ditakuti, karena merupakan penyebab utama komplikasi terhadap organ lain, seperti stroke, jantung koroner, dan gagal ginjal. Penyakit-penyakit ini menyebabkan kelumpuhan dan kematian tertinggi.

Biasanya kerusakan itu akan terjadi secara perlahan-lahan tergantung pada derajat tekanan darah itu sendiri. Kalau tekanan darahnya cepat bisa menyebabkan pendarahan di saraf mata dan kalau otak menyebabkan stroke. “Tapi biasanya kalau tensi tekanan darahnya 150 atau sedikit meningkat bisa menyebabkan risiko stirosis pembuluh darah di otak, ini adalah jenis stroke yang tidak berdarah,” katanya.

Dia mengatakan, penyakit ini biasa disebut silent killer, karena sering tidak bergejala atau tanpa keluhan awal. Sekitar 50 persen penderita tidak menyadari bahwa dirinya mengalami hipertensi, sehingga cenderung menjadi hipertensi berat, karena tidak menghindarinya dan tidak mengetahui faktor risikonya.

Sekitar 50-70 persen, penyakit ini dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dan pada usia 35 tahun ke atas. Ada bermacam penyebab hipertensi dan yang sering kali menjadi penyebab di antaranya aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem saraf simpatis.

Pada ibu hamil, kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stres, dan ketegangan bisa menyebabkan hipertensi. Bagi mereka yang pola hidupnya tidak teratur, seperti diet yang tinggi, asupan garam yang berlebihan, banyak merokok, kurang gerak, dan peminum alkohol berisiko tinggi untuk hipertensi.

Makanan berlemak atau tinggi kolesterol, sangat riskan dengan penyakit ini. “Semua itu meningkatkan kegemukan, metabolisme sindrom atau kolesterol yang tinggi berisiko menderita hepatitis. Karena nantinya terjadi kerusakan pada sel-sel yang membentuk lapisan pembuluh darah yang terkecil atau disfungsi endotel,” katanya.

Penggunaan obat-obatan seperti obat penghilang rasa sakit, termasuk beberapa obat anti radang (anti inflamasi), beberapa obat hormonal juga bisa meningkatkan tekanan darah seseorang.

Pengobatan

Ada beberapa langkah untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Di antaranya, menurunkan nilai angka sistolik dan distolik, dan pengobatan yang diarahkan untuk mengontrol tekanan darah sehingga tercapai tekanan yang normal.

Langkah awal untuk pengobatan dan pengendalian hipertensi secara nonfarmakologi (tanpa obat-obatan) dan farmakolog (dengan obat-obatan). Nonfarmakologi bisa dilakukan dengan memulai pola hidup sehat, yakni mengurangi konsumsi garam, rokok, alkohol, kopi, makanan yang mengandung kolesterol, mengurangi berat badan, dan olah raga secara teratur.

“Hindari juga makanan dan minuman kaleng yang diawetkan, seperti sosis, kornet, soft drink. Buah dan sayuran yang diawetkan. Makanan yang pengolahannya menggunakan garam natrium seperti asinan, abon, ikan asin, dan keripik,” jelasnya.

Bagi yang melakukan diet harus disertai dengan gizi seimbang, seperti banyak mengonsumsi sayuran, karena mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah. Buah-buahan juga perlu dikonsumsi karena mengandung serat. Selain banyak mengonsumsi sayuran, bagi mereka yang diet Indra menyarankan, harus kurangi makanan yang digoreng, mentega, minyak dan lemak serta kurangi konsumsi daging dan pilihlah ayam atau ikan, konsumsi susu yang rendah lemak.

Salah satu bagian dari pola hidup sehat itu adalah berolahraga secara teratur. Menurut Indra, melakukan jenis olahraga apa saja seperti jalan cepat, bersepeda, jogging, berenang, atau aerobik secara teratur dan rutin dapat menurunkan tekanan darah tinggi. “Asalkan tidak boleh dipaksakan hingga terlalu letih, bergantung pada kemampuan seseorang, ini sangat membantu untuk mendapatkan antioksidan yang tinggi,” katanya.

Faktor usia juga berisiko terkena hipertensi. Orang yang semakin tua, tekanan darahnya meningkat, karena kekakuan pada pembuluh darah. Oleh karena itu, olahraga sangat membantu untuk merilekskan dan melemaskan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun. Olahraga juga dapat menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon dan produksi hormon- hormon tertentu menurun.

Jika penanganan nonmedis ini tidak berhasil maka harus diteruskan dengan upaya medis. Yakni mengonsumsi obat-obatan dari dokter atau terapi yang dilakukan di rumah sakit dan pemeriksaan darah secara teratur. [Dina Manafe]