Penulis tidak diketahui

Satu-satunya orang yang selamat dari sebuah kapal yang karam, terapung dan terdampar di sebuah pulau tidak berpenghuni. Ia berdoa tanpa henti agar Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari ia menatapi horison mencari-cari tanda bantuan, tapi tidak ada tanda-tanda. Kelelahan, ia akhirnya berhasil membangun sebuah gubuk kecil dari sisa-sisa kayu yang hanyut, sebagai pelindung dirinya. Ia pun hidup sehari-hari dengan cara-cara primitif yang bisa diingatnya, termasuk menyalakan api dengan batu dan kayu. Suatu hari, setelah kembali dari mencari makanan, ia tiba kembali di gubuknya dan menemukan gubuknya habis terbakar, dan yang tersisa hanyalah asap yang mengepul dan membumbung tinggi. Yang terburuk pun sudah terjadi, pikirnya. Segalanya sudah hilang. Ia tersengat amarah dan kekecewaan. “Tuhan, bagaimana Tuhan bisa tega melakukan ini kepada saya?” serunya.

Pagi berikutnya, ia terbangun oleh suara kapal, yang terlihat mendekati pulau. Ternyata kapal itu datang untuk menyelamatkannya. Masih terkejut bercampur riang, ia bertanya, “Bagaimana kalian bisa tahu saya ada di sini?” Para kelasi kapal, sambil membantunya naik menjawab, “Kami melihat tanda asap yang kamu buat!”

===============

Moral kisah

Mudah sekali untuk hancur saat segala sesuatunya menjadi buruk. Janganlah kehilangan hati, karena Tuhan tetap bekerja walaupun di tengah penderitaan dan kesakitan kita. Ingatlah kali berikut gubuk Anda terbakar dan hancur, mungkin itu adalah tanda asap sebagai kemuliaan Tuhan.