Mungkin Anda masih ingat sebuah film berjudul Enemy of The State. Film besutan tahun 1998 tersebut menceritakan bagaimana Robert Clayton Dean seorang pengacara dengan kehidupan yang normal (diperankan aktor Will Smith) kemudian mendadak harus pontang-panting menyelamatkan diri lantaran menjadi target operasi dari National Security Agency (NSA). Pasalnya Robert tanpa diharapkan oleh siapapun, termasuk oleh dirinya sendiri, memegang barang bukti pembunuhan seorang tokoh politik.

Hal yang menarik dari film ini adalah bagaimana caranya pihak pemburu berhasil melacak keberadaan Robert bak bakteri yang diamati dengan mikroskop. Lewat film ini diperkenalkan teknologi radio frequency identification (RFID). RFID adalah chip komputer berukuran separo diameter butiran pasir yang dapat merespons sinyal radio dari sebuah pemancar jarak jauh.

Peralatan RFID awal dipakai Perang Dunia II. Kala itu, Inggris memakainya untuk mengidentifikasi pesawat lawan yang kembali ke pangkalan. Setelah usai perang, peralatan RFID terus berkembang dan canggih sehingga dipakai sebagai perlengkapan spionase untuk melacak apapun. Kini, semakin banyak produk yang menerapkan teknologi semacam itu.

Salah satunya yang sedang populer adalah Global Positioning System (GPS). Memang teknologi GPS tidak persis sama dengan RFID, namun manfaatnya sama. Dengan GPS Anda juga bisa memantau lokasi tempat Anda berada. Hanya saja GPS memanfaatkan teknologi berbasis satelit untuk pemantauan posisi yang terjangkau secara global. Di Jepang teknologi GPS sudah digunakan secara luas. Para orangtua menggunakan teknologi ini untuk melacak keberadaan anaknya. Apakah di sekolah atau keluyuran, atau bahkan mencari anak mereka yang hilang. Selama ponsel anak mereka menyala, orangtua bisa mengecek posisi mereka lewat komputer yang sudah dilengkapi GPS. Sayangnya layanan untuk melacak seseorang tidak dibuka untuk umum oleh provider GSM/CDMA di Indonesia, hanya untuk kalangan kepolisian saja.

Di sini teknologi GPS lebih banyak digunakan sebagai alat navigasi mobil. Dengan menambahkan peta, maka pengendara dapat mengetahui jalur mana yang sebaiknya dipilih untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tidak hanya itu, teknologi GPS ini juga pernah dikembangkan sekumpulan alumnus Institut Teknologi Bandung untuk diimplementasikan pada mobil pengangkut barang, sehingga

keberadaan kendaraan bisa terpantau.

Baru-baru ini sebuah produsen perangkat GPS, yakni Mio Technology juga mencoba masuk ke pasar Indonesia. Pada peluncuran yang berlangsung Kamis (31/1) di Hotel Sangri-La Jakarta perusahaan yang berbasis di Taiwan ini menawarkan perangkat GPS mobile berupa tipe navigasi mobil yaitu C230 dan C320, lengkap dengan peta Jawa-Bali, Singapura dan Malaysia. Akan segera menyusul tipe navigasi PDA, serta tipe navigasi PDA Phone pada Maret 2008.

Mio Technology menggandeng pembuat peta terkemuka dunia, Tele Atlas, sebagai pemasok data peta Mio, termasuk peta-peta kota dan daerah di Indonesia. “Perangkat-perangkat Mio GPS ini tampil lengkap dengan konten peta

MioMap. Perangkat-perangkat tersebut diluncurkan tanpa memerlukan pemasangan peta sebagai data tambahan. Kami harap para pengguna dapat menikmati utilitas Mio GPS navigasi ini agar dengan mudah bereksplorasi,” kata Sales Manager Mio Technology Corporation, Sonia Chan di Jakarta.

Mio Digiwalker C320 misalnya, dilengkapi dengan layar sentuh dan audio player, sehingga pengguna panduan menyetir dengan jelas dan pengoperasian langsung tanpa stylus, karena adanya interface, dengan menu dan ikon yang mudah digunakan. Dengan panduan suara yang jelas, pengguna dapat lebih fokus dalam berkendara tanpa harus melihat layar terus menerus untuk mengetahui arah

yang harus ditempuh. Kemampuan serupa juga dimiliki tipe C230. Bedanya C230 sudah dilengkapi dengan informasi tempat-tempat penting seperti rumah sakit, SPBU terdekat, tempat rekreasi, gedung perkantoran dan lokasi penting lainnya. Selain itu C230 memiliki fungsi Fly Over, yang memudahkan pengguna melihat rute yang direncanakan sebelum mulai mengemudi.

Peluang

Belakangan ini perusahaan pembuat alat bantu navigasi atau pemetaan satelit juga mulai menambahkan lebih banyak fitur pada alat GPS buatan mereka. Rupanya mereka sudah tidak puas dengan fungsi GPS sebagai petunjuk arah saja. Di AS dan Eropa, hampir semua produsen sudah mengembangkan tipe GPS untuk pemutar MP3, dan Windows media audio. Selain itu ada perangkat yang dapat menunjukkan waktu internasional, nilai tukar (kurs), fungsi bahasa seperti kamus yang memuat sembilan jenis bahasa dan dialek, seperti dari bahasa Inggris dengan aksen Amerika dan Inggris aksen England, Bahasa Portugis dengan logat Eropa dan Brazil, bahasa Spanyol dengan aksen Eropa dan Amerika Latin bahkan dapat menunjukkan cara melafalkan.

Bahkan Sonia sempat menampilkan produk Mio Technology yang dapat mengirim e-mail, memesan tempat di restoran, mengirim peta kepada rekan, men-download jadwal film di bioskop, mencari tempat parkir kosong, mencari jalan yang tidak macet, bahkan mencari lokasi suatu tempat atau bahkan SPBU yang menjual bensin paling murah. Mio Technology memang belum menghadirkan produk navigasi multifungsi tersebut di sini. Selain tipe navigasi mobil Mio baru akan memperkenalkan tipe navitasi PDA yaitu P360 dan P560 dan tipe navigasi PDA phone yaitu A702 dan A501. “Mio Technologi mempunyai peluang yang luas untuk membawa produk-produk dan jasa-jasa GPS yang mutakhir ke pasar Indonesia,” kata Sonia lagi.

Tidak peduli masih ada berapa banyak fungsi tambahan baru pada sistem navigasi model saku, setidaknya Anda tidak akan lupa fungsi terpenting dari perangkat GPS yakni menuntun pemakai menemukan jalan. Persoalannya jalanan di negeri ini terus berubah. Nama jalan misalnya, dulu dinamai sesuai dengan ikon daerah itu tapi pemerintah daerah kemudian menggantinya dengan nama pahlawan nasional atau tokoh daerah.

Nah, jika mengandalkan peta dari peranti GPS saat berkendaraan, mungkin ada banyak update atau koreksi dari peta yang harus Anda cermati. Sonia Chan berjanji pihaknya akan terus melakukan pembaruan peta setiap enam bulan sekali. [W-10]