cacar-airCacar air dapat dicegah dengan memberi vaksin varicella kepada mereka yang belum pernah terserang cacar air

Oleh Pouw Tjoen Tik

Cacar air selalu saja membawa saya pada kenangan semasa kanak-kanak. Banyak orangtua pada waktu itu menganggap wajar-wajar saja bila anak terserang cacar air. Bahkan ada kecondongan agar anak-anaknya terserang cacar air ketimbang setelah dewasa.

Pada orang dewasa gejala umum, seperti demam dan sebagainya memang lebih berat. Lagi pula pada waktu itu belum ditemukan vaksin cacar air.

Baru dalam tahun 1970, Jepang berhasil membuat vaksinnya yang 4 tahun kemudian digunakan secara massal di Jepang dan Korea Selatan. Amerika bahkan baru memasukkannya dalam program imunisasi pada tahun 1995.

Dewasa ini program imunisasi cacar air di negara-negara berkembang belum dimungkinkan. Kendalanya terletak pada keterbatasan anggaran, sehingga pencegahan penyakit menular lebih diutamakan terhadap penyakit-penyakit yang lebih berbahaya seperti: kolera, tifus, difteria dan sebagainya.

Penyebab cacar air adalah varicella-zoster virus (VZV). Varicella berarti cacar kecil, sedangkan zoster berarti sabuk.

Sepintas tampaknya predikat zoster kurang tepat, karena bintil-bintil berair yang sangat gatal, tersebar di seluruh tubuh dan tidak tersusun seperti sabuk. Sebutan zoster baru dapat dimaklumi bila kita melihat dampaknya pada usia lanjut.

Sembuh Spontan

Tidak ada obat khusus untuk cacar air, dan penyakit ini sembuh spontan dalam 7 hingga10 hari. Namun, sembuh bukan berarti VZV juga ikut kabur dari tubuh si pasien. VZV membentuk koloni dan mendekam dalam kumpulan sel-sel saraf perasa (ganglia).

Bagaikan satwa yang tidur selama musim dingin, VZV tidak melakukan aksi apapun juga. Hal ini disebabkan VZV diberangus oleh antibodi yang dibentuk tubuh sewaktu terserang cacar air.

Pada usia 60 tahun ke atas kadar antibodi tersebut menurun. Diperkirakan tekanan jiwa, kelelahan, radiasi dan obat anti kanker menjadi faktor-faktor penyebab kaburnya VZV dari sarangnya.

Namun, pengamatan klinis lebih mengarah pada usurnya usia sebagai penyebab utama. Statistik juga menunjukkan bahwa 50 persen dari mereka yang berusia di atas 80 tahun, kemungkinan besar mengalami serangan VZV gelombang kedua. Sungguhpun demikian, usia bukan lagi merupakan faktor bagi mereka yang mengidap AIDS, kanker, atau pasca pencangkokan organ. Pada kelompok ini, tanpa pandang usia kekebalan tubuh menurun secara drastis sehingga VZV mulai berulah lagi. Bahkan pada pengidap AIDS, risiko terserang zoster meningkat tujuh kali.

Serangan VZV gelombang kedua diawali dengan demam dan rasa lelah. Gejala-gejala awal tersebut segera disusul dengan timbulnya bintil-bintil berair di atas dasar kulit yang me-merah.

Berbeda dengan cacar air, bintil-bintil berair ini sangat nyeri dan terasa panas. Timbulnya juga tidak di seluruh tubuh, tetapi hanya pada bagian kulit yang disarafi oleh ganglia dari mana VZV itu kabur.

Sesuai alur serat saraf yang diserang, bintil-bintil tersebut membentuk garis lengkung yang melilit separuh tubuh (hanya sesisi). Oleh karenanya, serangan kedua ini disebut: herpes zoster yang artinya sabuk dari bintil-bintil berair (selanjutnya disebut: zoster).

Ganglia terdapat di sepanjang tulang belakang, sehingga zoster dapat timbul di semua permukaan tubuh. Bila zoster menyerang kedua sisi (bilateral) maka terbentuklah konfigurasi sabuk yang secara sempurna melingkari tubuh, namun zoster bilateral jarang terjadi.

Anggapan bahwa zoster bilateral menimbulkan kematian adalah tahyul karena sama sekali tidak benar. Bahkan seperti cacar air, zoster sembuh secara spontan dan jarang sekali menyerang berulang kali atau mengancam jiwa.

Zoster baru berbahaya bila menyerang selaput otak, namun kejadian ini pun amat langka. Salah satu komplikasi zoster adalah rasa nyeri yang menetap hingga berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun setelah sembuh (post herpetic neuralgi/PHN) dan lebih sering terjadi pada usia 60 tahun ke atas, dan zoster yang menyerang mata (herpes zoster ophthalmicu/HZO).

Pencegahannya

Pengobatan terhadap zoster lebih bersifat simptomatis (mengurangi gejala-gejalanya) yaitu obat anti sakit, penenang dan kompres dingin yang mengandung antiseptik. Rasa nye-ri dapat dipersingkat dan PHN dapat dicegah bila obat antivirus (acyclovir) diberikan sedini mungkin (sekurang-kurangnya dalam 3 hari pertama).

Perlu dimaklumi bah-wa bintil berair zoster mengandung virus. Karena itu, perawatan bintil yang pecah harus secermat mungkin untuk mencegah penularan.

Hal yang perlu diwaspadai adalah bila zoster menyerang mata (HZO), oleh karena dapat menimbul- kan kebutaan. Gejala-gejala awal HZO adalah sakit kepala yang disertai mual-mual.

Pasien dengan zoster pada wajah, terutama kelopak mata dan hidung, harus sesegera mungkin dibawa ke dokter. Dalam 24 jam pertama, dokter akan memberi obat anti virus untuk mencegah kebutaan.

Secara medis pencegahan zoster dapat dilakukan dengan memberi vaksin varicella kepada mereka yang belum pernah terserang cacar air. Hasil penelitian di University of California, menunjukkan bahwa olah raga Tai Chi bukan saja menjaga keseimbangan serta kesegaran tubuh para lansia, tetapi juga meningkatkan kekebalan tubuh, di mana pada gilirannya mampu pula mencegah terjadinya zoster (Journal of the American Geriatrics Society, Volume 55 Issue 4 pp 511-517, April 2007).

Penulis adalah Alumnus Fakultas Kedokteran Unair, Berdomisili di Austin, Texas, USA