Tingkat kehidupan sebagian masyarakat Indonesia terus menanjak dari waktu ke waktu. Salah satu tolok ukurnya adalah meningkatnya usia harapan hidup dari 64,71 tahun (periode 1995-2000) menjadi 67,68 tahun (periode 2000-2005). Peningkatan usia harapan hidup ini, diikuti pula dengan semakin meningkatnya risiko penduduk terkena osteoporosis.

Osteoporosis atau pengeroposan tulang adalah kondisi tulang yang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah, akibat berkurangnya massa tulang, khususnya dari unsur kalsium yang terjadi dalam waktu lama. Umumnya, osteoporosis tidak menunjukkan tanda-tanda yang jelas atau khusus akan terjadinya patah tulang sehingga penyakit ini disebut juga sebagai silent disease.

Hasil analisis data risiko osteoporosis yang dilakukan Pusat Penelitian, Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan pada 2005, seperti yang dikutip dari Media Center Departemen Kesehatan, menunjukkan 16 wilayah di Indonesia memiliki prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7 persen.

Hal ini berarti 4 dari 10 penduduk yang berusia kurang dari 45 tahun (sesuai sampel) memiliki risiko terkena osteoporosis.

Tulang yang keropos merupakan akibat jangka panjang dari kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari, mulai dari masa anak-anak sampai dewasa, serta kurangnya asupan kalsium. Kondisi ini membuat kepadatan tulang menjadi rendah hingga kemudian menimbulkan osteoporosis.

Tulang merupakan organ yang selalu mengalami pembaruan. Prosesnya diawali dengan proses penyerapan massa tulang (resorpsi), diikuti proses pengisian kembali celah yang terjadi pada tulang (formasi). Usia yang bertambah membuat resorpsi dan formasi berjalan tidak seimbang, sehingga tulang menjadi tipis dan rapuh.

Kalsium

Terkait hal itu, pemenuhan nutrisi bagi tubuh, khususnya kalsium, menjadi sangat penting untuk mencegah osteoporosis. Kalsium merupakan mineral utama pembentuk tulang. Sebagian besar kalsium berada dalam tulang dan gigi.

Apabila tubuh kekurangan kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang dan bila terjadi terus-menerus, tulang dapat menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah. Karena itu, sejak usia muda kita perlu membentuk kepadatan tulang yang maksimal, melalui gaya hidup sehat dan memenuhi kebutuhan kalsium.

Kalsium rata-rata yang dianjurkan di Indonesia adalah 500 sampai 800 mg per orang per hari. Sedangkan pada usia lanjut dan perempuan menopause dianjurkan hingga 1.000 mg per hari.

Selama ini kita hanya mengenal susu sebagai sumber makanan berkalsium tinggi, padahal masih banyak makanan lain yang dapat dijadikan sumber kalsium. Kalsium bisa diperoleh dari sayuran hijau, buah- buahan, tempe dan tahu, serta makanan laut.

Kacang kedelai basah sebanyak 100 g, terdapat 196 mg kalsium, 100 g kacang kedelai kering mengandung 227 mg, bahkan dalam 100 g sari kedelai bubuk terdapat 450 mg (tetapi dalam 100 g sari kedelai cair hanya terdapat 50 mg kalsium). Angka yang lebih besar diperoleh dari bungkil kacang tanah, sebesar 730 mg kalsium, sedangkan tempe dari kedelai murni mengandung 129 mg dan tahu 124 mg.

Sumber kalsium dari sayuran hijau dapat diperoleh dari daun lamtoro, yakni sebesar 1.500 mg kalsium, daun kelor 440 mg, bayam merah 368 mg, bayam hijau 267 mg, daun talas 302 mg, dan daun melinjo 219 mg.

Selanjutnya, untuk makanan laut yang bisa dipilih adalah rebon kering (udang kecil) yang sarat kalsium, yakni 2.306 mg per 100 g, rebon segar 757 mg, udang kering 1.209, udang segar 136 mg, teri kering 1.200 mg, serta teri segar 500 mg.

Hari Osteoporosis

Dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Nasional pada 20 Oktober mendatang, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari telah mencanangkan Bulan Osteoporosis Nasional dengan tema “Nutrisi Lengkap untuk Tulang Sehat dan Kuat”.

Tema ini menekankan upaya pencegahan osteoporosis melalui perilaku hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur yang kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium.

Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dilakukan Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi), serta Fonterra Brands Indonesia.

Selain mengonsumsi makanan bernutrisi lengkap, berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol, menjadi jurus jitu menghindari osteoporosis. [A-16]