Pasangan yang sudah menikah satu tahun, namun belum punya anak sebaiknya memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kemungkinan mandul atau tidak. ISTIMEWA

Bagaimana kalau seorang pria yang sudah menikah dan menjalani kehidupan seksual bersama istrinya secara teratur tanpa memakai kontrasepsi, namun belum juga memiliki anak? Walaupun usaha tersebut sudah dilakukan selama lebih dari satu tahun, pria tersebut bisa dikatakan mengalami kemandulan (infertilitas). Lalu apa solusinya?

Dr Heru H Oentoeng, MRepro, SpAnd, Andrologist (Ahli Kemandulan Pria dan Seksualitas) dari Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat menjelaskan, yang dimaksud dengan hubungan seksual yang teratur adalah melakukan hubungan suami istri dua sampai tiga kali seminggu dan pada saat ejakulasi sang pria mengeluarkan spermanya di dalam vagina istrinya. Apabila ini berjalan selama satu tahun dan belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada istrinya, sebaiknya si pria dan istrinya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kemungkinan mandul pada mereka.

Seorang pria bisa dikatakan mandul setelah melihat beberapa faktor penyebab. Hal yang perlu diperhatikan adalah fungsi seksual, apakah pihak pria mengalami gangguan fungsi seksual seperti disfungsi ereksi atau ejakulasi dini. Apabila keadaan ini terjadi dengan tingkatan yang berat, hubungan seksual tidak bisa berlangsung dengan baik dan tidak ada jalan untuk sperma masuk ke dalam rahim.

Faktor yang terpenting adalah kualitas sperma itu sendiri. “Dalam hal ini tidak bisa hanya dilihat secara kasat mata, seperti sperma yang kental atau encer, tapi harus diperiksa di bawah mikroskop di laboratorium,” ungkap Heru.

Di laboratorium itulah akan terlihat kualitas sperma yang sebenarnya. Pemeriksaan ini akan meliputi penampakan makroskopis dan mikroskopis. Volume, warna, bau, kekentalan, tingkat keasaman, dan lama pengenceran dapat diamati secara kasat mata. Sedangkan jumlah sel sperma per mililiter, kualitas gerakan, dan kualitas bentuk hanya dapat diamati di bawah mikroskop.

Apabila jumlah sel sperma lebih dari 20 juta permililiter sperma, maka seorang pria dinyatakan normal. Setelah itu dilihat gerakan dari sel sperma itu sendiri, apakah maju dengan cepat, lambat, bergerak di tempat atau tidak bergerak sama sekali. Bentuk kepala, leher, sampai ke ekor sperma juga diperiksa.

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab ketidaknormalan kualitas sperma, baik itu di tingkat produksi maupun di sistem transportasi sel sperma yang telah diproduksi oleh testis. Faktor yang bisa jadi penyebab adalah fungsi hormonal yang kurang baik, ada ketidakseimbangan produksi hormon reproduksi yang bisa disebabkan oleh penyakit keturunan atau kelainan genetik tertentu.

Kelainan genetik tertentu bisa menyebabkan tidak terproduksinya sperma dalam jumlah yang cukup bahkan sampai azoospermia (tidak ada sel sperma sama sekali dalam cairan sperma).

Penyebab lain bisa berupa racun dari virus Mump pada sakit gondongan (parotitis). Apabila pria terserang gondongan sesudah masa puber, maka racun dari virus ini bisa merusak sistem sel pembentuk sperma di testis, sehingga produksinya terganggu.

Terjadinya trauma pada testis, seperti mengalami benturan yang keras. Hal ini biasanya terjadi pada permainan olahraga yang keras, seperti karate atau sepak bola. Selanjutnya torsi testis (buah zakar yang terpelintir) bisa mengganggu produksi sperma. Varikokel atau pelebaran pembuluh darah di kantung testis juga termasuk yang membuat produksi sel sperma terganggu.

Faktor zat kimia, seperti pestisida, bisa pula menyebabkan gangguan produksi, juga faktor panas yang berlebihan dan terus menerus. Ini sering terjadi pada orang yang sering memasak dekat kompor panas dengan intensitas tinggi, pekerja pabrik peleburan besi atau para sopir kendaraan bermotor yang mesinnya berada tepat di bawah tempat duduk tanpa menggunakan pendingin ruangan.

Bagi mereka yang sering sauna atau berendam di air panas berlama-lama, juga kurang baik. “Ini semua penyebab terganggunya produksi sperma, sehingga membuat pria mandul,” jelasnya.

Riwayat pernah mengalami infeksi penyakit menular seksual yang tidak diobati dengan baik, pernah mengalami vasektomi atau operasi lain di sekitar organ reproduksi, ataupun penyakit genetik tertentu, bisa menyebabkan gangguan di sistem transportasi sel sperma. Sel sperma tidak bisa keluar bersama-sama dengan cairan sperma karena ada sumbatan di saluran sperma, padahal produksi sel sperma berjalan dengan baik.

Faktor lain yang bisa mempengaruhi kualitas sperma adalah fungsi dari sel sperma itu sendiri, yang bisa saja terganggu karena adanya antibodi antisperma. Atau faktor penyebab lain yang tidak bisa dijelaskan (unexplained infertility).

Solusi

Dari hasil pemeriksaan dasar yang meliputi penelusuran riwayat perkembangan dan penyakit yang pernah dialami, pemeriksaan fisik terutama di daerah kelamin dan pemeriksaan sperma dasar, maka bisa diambil kesimpulan sementara dan kemungkinan penyebab kemandulan pada pria tersebut. Dan apabila diperlukan, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mendapatkan kesimpulan pasti.

Jenis pertolongan yang akan diberikan akan sangat bergantung pada penyebab yang didapat. Pengobatan untuk meningkatkan kualitas sperma membutuhkan waktu yang cukup panjang, bisa berlangsung selama tiga sampai enam bulan tergantung jenis pengobatannya, karena proses produksi satu sel sperma dari sel induknya membutuhkan waktu tidak kurang dari 70 hari.

Jadi diperlukan kesabaran dan kesiapan mental untuk menjalani proses pertolongan ini. Evaluasi dan pemeriksaan secara berpasangan (pihak suami dan istri) mutlak diperlukan untuk meningkatkan angka keberhasilan karena akan dievaluasi faktor penyebab dari pihak pria dan juga pihak wanitanya, sehingga dapat diberikan jenis pertolongan yang tepat sasaran.

Bantuan untuk terjadinya pembuahan akan diberikan dalam keadaan tertentu. Baik itu berupa inseminasi buatan, yaitu memasukkan sperma suami yang telah diproses ke dalam rahim istri, untuk membantu meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan alamiah dalam rahim. Maupun proses pembuahan di luar rahim (program bayi tabung), yang mempertemukan sel telur istri dan sel sperma suami di luar rahim, hingga terjadi pembuahan dan pertumbuhan embrio, dan selanjutnya dipindahkan kembali masuk ke dalam rahim istri.

“Indonesia tidak mengizinkan memakai donor sperma pria lain atau rahim titipan. Jadi yang dilakukan dalam proses bayi tabung adalah murni dari pasangan suami istri yang bermasalah dan menjalani terapi tersebut,” ujarnya.

Semua proses tersebut saat ini sudah bisa dilakukan di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat dan Siloam Hospitals Surabaya. “Bukan itu saja, kita juga bisa menyimpan beku sperma sang bapak yang nantinya bisa diproses untuk membuahi sel telur berikutnya, atau menyimpan beku embrio, sehingga bisa punya anak lagi di lain kesempatan,” kata Heru [ARS/M-15]