ketika anda bertemu seseorang yang tidak anda kenal di
jalan dan ternyata orang itu membutuhkan bantuan anda
misalkan untuk membantu mendorong mobil yang
terperosok atau sedang mogok, kita tentu dengan
sukarela dan ikhlas akan membantu tanpa mengharapkan
imbalan apapun. keikhlasan itu menjadi mudah karena
orang itu bukanlah siapa-siapa kita. kebetulan aja
saat itu kita bertemu di jalan, lima menit kemudian
kita sudah lupa padanya dan pada sedikit kebaikan yang
kita lakukan tadi. itulah ikhlas, segera melupakan
perbuatan baik yang telah kita lakukan, tanpa
mengharapkan sesuatu, hanya berharap Dia lah yang akan
membalasnya.

tapi berbeda jika kebaikan itu kita lakukan kepada
seseorang yang berarti bagi hidup kita. misalnya anak
dan istri atau kerabat atau pacar. secara alamiah kita
suka mengharapkan imbalan dari mereka karena mereka
adalah orang-orang terdekat. kita membantu dengan
harapan suatu hari nanti dia akan membantu kita juga.
orang tua berharap agar anaknya merawatnya ketika tua
nanti, alih-alih dimasukkan ke panti jompo oleh sang
anak. tidak salah memang berharap seperti itu. tapi
pilihan terbaik adalah ikhlas. kita melakukan sesuatu
karena itu baik dan harus dilakukan, bukan
mengharapkan sesuatu dibalik itu. harapan-harapan itu
akan memakan habis umur kita dan ia akan mendistorsi
otak kita. semakin kita berbuat baik, semakin pula
kita berharap. sedangkan orang lain punya
harapan-harapan tersendiri. sang anak mungkin berharap
akan segera menemukan istri untuk membangun keluarga
baru sehingga orang tuanya menjadi sedikit terlupakan.
sang pacar mungkin sedang mengharapkan pria idaman
yang lebih tampan, lebih kaya dari kita.

apa pun kebaikan yang telah kita lakukan, just let go.
Tuhan Maha Adil. sesuai dengan hukum kekekalan energi,
energi yang kita lepaskan akan kembali kepada kita.
mungkin bukan melalui orang-orang yang telah kita
bantu. bahkan lebih baik dari itu. put your hope only
on God’s hand, you’ll be happy for the rest of ur life.