Kanker pada anak-anak merupakan penyakit yang belakangan marak terjadi di seluruh dunia. Penyakit ini ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) maupun dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, mengakibatkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Menurut data statistik resmi dari IARC (International Agency for Research on Cancer), satu dari 600 anak akan menderita kanker sebelum berumur 16 tahun

Kanker pada anak merupakan masalah yang kompleks mengingat perawatan dan pengobatannya, selain orangtua, tenaga profesional, dan tidak kalah penting adalah keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar.

“Anak-anak adalah pihak yang paling rentan terkena kanker. Kemampuan orangtua dalam menyikapi penyakit pada anaknya merupakan faktor terbesar penentu proses penyembuhan, selain juga kondisi lingkungan, dan tenaga medis,” tutur Ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), Ira Sudiro, kepada SP, di sela-sela acara sosialisasi penyembuhan kanker pada anak, belum lama ini, di Jakarta.

Ira menambahkan, di Indonesia, sama seperti yang terjadi di seluruh dunia, serangan penyakit kanker terbesar adalah penyakit kanker yang menyerang fungsi darah. Dalam dunia media biasa menyebutnya kanker darah atau leukemia. “Sekitar 60 persen dari total penderita kanker anak-anak di dunia, merupakan pengidap leukemia. Dengan penanganan yang baik dari orangtua, penyakit itu bisa disembuhkan,” ucapnya.

Kata leukemia berarti juga darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

“Data dari The International Confederation of Childboard Cancer Parent Organizations juga menyebutkan, setiap angka kelahiran dari satu juta penduduk dunia, akan terlahir sebanyak 120 anak penderita kanker darah,” ujarnya.

Menurut Ira, gejala yang dapat diwaspadai dan sering ditemukan pada leukemia dapat didiagnosis, seperti pucat, demam, atau pendarahan yang tidak jelas sebabnya. “Selain itu, sebagai orangtua, kita sebaiknya juga patut mewaspadai gejala nyeri tulang dan pembengkakan perut yang terjadi ada anak,” tuturnya.

Pola Hidup Bersih

Hasil awal mendiagnosis, bila menunjukkan gejala kanker leukemia, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan terstruktur. Dia juga menjelaskan, faktanya memang sudah membuktikan dalam pengobatan kanker umumnya memakan waktu tiga bulan sampai dua tahun.

“Pengobatan kanker pada anak pada dasarnya sama dengan pengobatan pada orang dewasa. Yang menjadi permasalahan di Indonesia, banyak orangtua yang tidak mengindahkan jangka waktu pengobatan. Banyak yang terbentur berbagai masalah dan melakukan proses pengobatan setengah-setengah,” ujarnya.

Hal demikian, menurutnya, tidak boleh terjadi, karena justru akan semakin menambah lama jangka waktu proses penyembuhan. Dalam kasus penyakit kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi atau radiasi.

Dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dasar leukemia adalah lingkungan dan perkembangan janin. Walaupun bukan penyakit menular, pencegahan yang dapat dilakukan sebagai orangtua yang anaknya punya kerentanan terhadap serangan penyakit kanker leukimia, menurut Ira, adalah mencoba selalu menanamkan pola hidup sehat pada anak.

“Sampai saat ini, cara pencegahan yang paling jitu adalah membiasakan diri berpola hidup bersih dan sehat, yang harus di perkenalkan kepada anak sedini mungkin,” ucapnya. [YRS/S-26]